Jerman hari Senin (31/5) “mencatat dengan seksama” beberapa laporan bahwa dinas rahasia luar negeri Denmark diduga telah membantu Amerika mematai-matai pemimpin Eropa, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel, lebih dari tujuh tahun lalu.
Juru bicara Kanselir Jerman, Steffen Seibert, mengatakan pemerintah “telah melakukan kontak dengan semua badan nasional dan internasional yang relevan untuk mengklarifikasi hal itu.”
Media penyiaran Denmark "DR" hari Minggu (30/5) mengatakan Dinas Intelijen Pertahanan Denmark – yang dikenal dengan singkatan FE – pada tahun 2014 melakukan penyelidikan internal untuk mengetahui apakah Badan Keamanan Nasional Amerika, NSA, menggunakan kerjasamanya dengan Denmark untuk mematai-matai Denmark dan negara-negara tetangganya.
Penyelidikan itu menyimpulkan bahwa NSA telah menyadap para pemimpin politik dan pejabat Jerman, Prancis, Swedia dan Norwegia.
Menurut DR, dugaan kerjasama yang dilakukan Amerika dan Denmark dengan nama sandi “Operasi Dunhammer” itu, memungkinkan NSA mendapatkan data-data dengan menggunakan nomor telepon para politisi sebagai parameter pencarian.
DR mengatakan laporan itu didasarkan pada wawancara dengan sembilan sumber yang tidak disebut namanya, yang semuanya mengatakan memiliki akses ke informasi rahasia yang disimpan oleh FE. Badan militer itu diduga membantu NSA dari tahun 2012 hingga 2014.
Seibert mengatakan Merkel mengetahui tentang laporan terbaru soal mata-mata itu dari pertanyaan sejumlah wartawan.
Sebelumnya pada tahun 2013 muncul beberapa laporan bahwa NSA menyadap pembicaraan telepon pejabat pemerintah Jerman, termasuk pembicaraan Merkel. Ini memicu perselisihan diplomatik antara Berlin dan Washington, yang memperburuk hubungan baik dengan pemerintahan Barack Obama. [em/ka]
