Kalau kita tidak berhasil mencapai target mengurangi tingkat pemanasan global, suhu di pegunungan Himalaya bisa naik sampai lima derajat Celsius dan ini akan menghilangkan dua pertiga gletser di kawasan itu menjelang tahun 2100. Akibatnya akan sangat gawat bagi persediaan air tawar dan produksi bahan pangan bagi kira-kira dua milyar manusia yang tinggal di delapan negara Asia.
"Kalau berhasil membatasi pemanasan global sampai hanya 1,5 derajat Celsius, kita akan bisa memperlambat proses pencairan gletser itu, walaupun kita akan kehilangan kira-kira sepertiga gletser yang ada kini," kata Center for Integrated Mountain Development atau ICIMOD yang berpusat di Nepal.
Masalah pemanasan global juga dipergawat oleh polusi udara yang parah di kawasan itu.
Direktur Jenderal ICIMOD David Malden mengatakan, “Berkurangnya suplai air akan merugikan pertanian dan mengubah pola hujan, dan ini berarti kadang-kadang kita akan mendapat terlalu banyak air, atau terlalu sedikit. Juga ada bahaya bertambahnya tanah longsor.”
Kata David Molden lagi tidak banyak perhatian ditujukan pada kawasan pegunungan Himalaya ini, yang pada dasarnya adalah kawasan yang paling rentan karena peningkatan suhu bumi.
Pegunungan Hindu Kush di kawasan Himalaya terbentang 3,500 km mulai dari Myanmar, Bangladesh, Pakistan, Bhutan, Nepal, dan China sampai ke Afghanistan.
Kata laporan ICIMOD tadi, lapisan es di pegunungan Himalaya terus menipis sejak dimulainya pemanasan global, dan apabila trend ini terus berlanjut, suhu di pegunungan itu akan naik lima derajat Celsius. Tapi kalau peningkatan suhu bisa dijaga sampai hanya 1,5 derajat Celsius, suhunya akan naik hanya 2,1 derajat Celsius.
Penduduk yang akan terimbas oleh pencairan lapisan es dan gletser itu hidup di dataran rendah yang dialiri sungai-sungai yang airnya berasal dari Himalaya, seperti sungai Yangtze, sungai Gangga dan sungai Indus.
Ketika gletser mencair, penduduk akan mendapat lebih banyak air dari sungai, tapi akhirnya sumbangan air dari gletser itu akan terus berkurang, dan,
”Sebagian dari penduduk termiskin hidupnya tergantung dari air sungai yang akan terus berkurang itu,” tambah Molden. (ii)