Joe Biden telah dilantik sebagai Presiden AS ke-46 pada hari Rabu (20/1) di Gedung Capitol. Biden adalah tokoh politik dari Partai Demokrat yang telah bekerja di Washington selama hampir setengah abad.
Biden, 78 tahun, menjadi pemimpin Amerika tertua sepanjang sejarah, setelah 36 tahun menjadi Senator dan delapan tahun menjadi wakil presiden. Ia diambil sumpahnya, dan berjanji akan menegakkan Konstitusi AS dan membela Amerika dari semua musuh, dalam negeri atau luar negeri, di hari Rabu di musim dingin yang berangin.
Beberapa saat sebelumnya, Kamala Harris, mantan senator AS dari California, negara bagian terpadat di AS, telah diambil sumpahnya sebagai wakil presiden, dan menjadi perempuan pertama yang memegang jabatan pemerintahan tertinggi sepanjang sejarah Amerika. Harris merupakan keturunan Afrika dan India.
Acara pelantikan disaksikan oleh tiga mantan presiden, Barack Obama, George W. Bush dan Bill Clinton, tapi tidak dihadiri oleh Presiden Donald Trump. Trump mengabaikan tradisi yang telah berlangsung selama 152 tahun, di mana presiden yang masa jabatannya habis, menghadiri pelantikan presiden penerusnya. Wakil Presiden Mike Pence menghadiri acara pelantikan bersama istri, sementara Trump terbang meninggalkan Washington menuju negara bagian Florida pada Rabu pagi.
Lautan manusia yang biasanya menjadi pemandangan setiap acara inagurasi presiden AS kali ini tidak tampak, karena alasan keamanan dan juga pandemi yang masih melanda Amerika. Kawasan National Mall di depan Gedung Capitol yang biasanya dipenuhi warga AS kali ini dipenuhi oleh ribuan bendera Amerika.
Tamu-tamu penting yang biasanya hadir di acara inagurasi juga jauh berkurang. Kursi-kursi yang disediakan diberi jarak yang jauh sesuai dengan prosedur pembatasan kontak dalam masa pandemi seperti rekomendasi pejabat kesehatan.
Acara pelantikan dilakukan di tengah pengamanan sangat ketat, di mana pagar besi berkawat dipasang di sekitar lokasi inagurasi. Langkah ini diambil setelah laporan intelijen menyebutkan pendukung Trump yang kecewa dan marah dengan hasil pemilu mungkin mencoba menganggu jalannya proses inagurasi.
Acara pelantikan berlangsung dua minggu setelah ribuan pendukung Trump menyerbu Gedung Capitol, yang berupaya untuk menghentikan pengesahan kemenangan Biden oleh Kongres.
Seminggu yang lalu, DPR memakzulkan Trump karena mendorong pemberontakan dengan mengerahkan ribuan pendukungnya menuju ke Gedung Capitol untuk menghadapi para legislator yang tengah bersidang mengesahkan kemenangan Biden. Meski masa jabatannya telah berakhir, Trump akan menghadapi sidang pemakzulan di Senat dalam beberapa waktu mendatang.
Dalam pidato inaugurasinya, Biden kembali mengulangi ajakan untuk bersatu dan mengatasi penyebaran virus Korona, mempercepat pengadaan vaksin dan memperbaiki ekonomi yang buruk. Pandemi yang berlangsung telah menewaskan 400.000 warga Amerika dan menyebabkan kesulitan ekonomi bagi banyak warga.
“Untuk bisa pulih, kita harus ingat. Kadang sulit untuk ingat, tapi itu cara kita untuk pulih,” kata Biden di depan monumen Lincoln Memorial untuk mengenang mereka yang gugur, Selasa (19/1). Sekitar 400 lampu dinyalakan di sekitar Reflecting Pool.
“Sebagai bangsa, penting bagi kita untuk ingat, dan itu alasan kita di sini hari ini. Dari matahari terbenam hingga matahari terbit, mari kita terangi kegelapan di sepanjang kolam reflektif yang sakral ini dan mari kita mengenang mereka yang sudah pergi,” kata Biden.
Ia juga berjanji untuk “langsung bekerja” setelah diambil sumpahnya. “Tidak sedetikpun waktu yang bisa kita sia-siakan untuk mengatasi krisis yang dihadapi bangsa kita.”
Joe dan Jill Biden bersama Kamala Harris dan suaminya mengawali hari Rabu (20/1) dengan menghadiri misa di Catheral of St. Matthew the Apostle di Washington. Biden juga mengundang para pemimpin Kongres dari kedua partai, termasuk Ketua DPR Nancy Pelosi dan Pemimpin Fraksi Republik di DPR Kevin McCarthy, Ketua Senat dari Partai Republik Mitch McConnell dan Pemimpin Fraksi Demokrat di Senat Chuck Schumer.
Ketika misa dimulai, Trump telah meninggalkan Gedung Putih menuju ke Florida. Wakil Presiden Mike Pence bersama istrinya tidak menghadiri acara pelepasan Trump, tapi justru menghadiri pelantikan Biden.
Setelah acara pelantikan, Biden dan Harris menghadiri upacara peletakan karangan bunga di Taman Makam Nasional Arlington, di Makam Prajurit Tanpa Nama, tak jauh dari Washington.
Biden, yang menjabat sebagai wakil presiden selama delapan tahun dalam pemerintahan Obama, langsung menandatangani sejumlah keppres.
Tim transisinya mengatakan langkah-langkah yang langsung dilakukan adalah bergabung kembali dengan WHO, bergabung kembali dengan kesepakatan iklim Paris, menghapus larangan masuk ke Amerika bagi beberapa negara Muslim, meluncurkan upaya pemerintah untuk kesetaraan rasial di Amerika, memperkuat perlindungan bagi orang yang masuk ke Amerika secara ilegal ketika masih di bawah umur, dan meminta rakyat Amerika untuk melakukan “tugas patriotik” mereka yaitu mengenakan masker untuk menghentikan penyebaran virus Korona.
Malam setelah inagurasi yang biasanya diramaikan dengan berbagai pesta besar, tahun ini diganti dengan acara televisi khusus yang diberi judul “Celebrating America” atau “Merayakan Amerika”. Biden dan Harris akan berpidato pada acara itu.
Katy Perry, Luis Fonsi, Tim McGraw dan Lin-Manuel Miranda, bersama dengan aktris Kerry Washington dan Eva Longoria, bintang basket Kareem Abdul-Jabbar, chef José Andrés dan Kim Ng, perempuan pertama yang menjadi manager umum tim Liga Utama Baseball, adalah para selebriti yang akan meramaikan acara itu.
Meski pengamanan diperketat di sekitar lokasi inagurasi, pada hari Senin (18/1) Harris mengaku tidak terlalu khawatir. “Saya tidak sabar untuk diambil sumpahnya.”
“Saya akan berjalan dengan tegak,” ujarnya pada para wartawan.
Petugas keamanan AS mengatakan mereka menerapkan semua langkah pencegahan, termasuk pemeriksaan oleh FBI terhadap 250.000 anggota Garda Nasional yang diturunkan ke Washington.
Dua belas anggota Garda Nasional dibebastugaskan hari Selasa (19/1), setidaknya dua dari mereka diketahui memiliki sentimen anti-pemerintah, menurut laporan harian The Washington Post. The Washington Post menyebutkan 10 orang dibebastugaskan, namun bukan karena terkait ekstremisme. [dw/aa]