Suasana hangat dan akrab tampak pada pertemuan dan jamuan makan siang Presiden Joko Widodo dengan ketiga calon presiden ini.
Berbagai makanan khas Indonesia terlihat disajikan seperti soto lamongan, ayam kodok, sapi lada hitam, bebek panggang, cumi goreng, udang goreng telur asin, kaylan cah sapi, dan minuman es laksamana mengamuk.
Usai berbincang dan makan siang selama kurang lebih dua jam bersama Presiden Jokowi, ketiga capres yang kompak menggunakan batik lengan panjang ini bercerita kepada awak media terkait apa yang dibicarakan dengan Jokowi.
Prabowo mengaku bahwa pembicaraan yang dilakukan pada hari ini cukup santai dan tidak menytangkut topik berat.
“Lumayan, jadi bagus kita juga dalam suasana yang akrab dan tadi kami juga ucapkan terima kasih diundang. Kalau tidak diundang, kita jarang bisa kumpul. Jadi beliau juga berharap suasana bagus, dan kita juga berharap suasana baik. Bicara-bicara secara umum saja,” ungkap Prabowo.
Senada dengan Prabowo, Anies mengaku memang banyak hal yang didiskusikan namun semuanya bersifat ringan.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa ia berharap Jokowi bisa menjaga netralitas aparatur sipil negara (ASN).
“Tadi kami sampaikan kepada beliau, bahwa kami sering bertemu dengan banyak orang-orang yang sayang kepada Pak Presiden, dan mereka-mereka ini berpesan untuk bisa menjaga netralitas, dan menegaskan kepada seluruh aparat untuk menjaga netralitas dalam pilpres,” ungkap Anies.
Menurutnya, harapan para capres ini disambut baik oleh presiden. Jokowi katanya pada hari ini juga telah mengumpulkan para kepala daerah untuk menginstruksikan kepada para pejabat daerah ini untuk tetap menjaga netralitasnya dalam pemilihan presiden mendatang.
“Dan kami melihat itu adalah pesan penting yang bisa membuat pilpres kita besok berjalan dengan aman, damai karena seluruh unsur penyelenggara menunjukkan sikap yang netral, professional. Jadi salah satu yang kami sampaikan kepada beliau dan beliau merespon positif, baik sehingga diskusi kita juga lancar,” tambah Anies.
Ganjar menambahkan bahwa netralitas ASN penting dalam mempertahankan demokrasi.
“Jadi setelah kita berita ngobrol bareng Bapak Presiden, kita tahu persis (bahwa) Pak Presiden mencoba agar kita selalu bisa berkomunikasi dengan baik dan beliau orang baik. Insya Allah juga akan mendukung sistem demokrasi yang baik, dan mudah-mudahan apa yang disampaikan oleh beliau-beliau juga Insya Allah akan bisa dilaksanakan. Tugas kita, yuk kita jaga bersama-sama pemilu ini berjalan damai, para aparaturnya betul-betul imparsial, semua bisa berjalan bisa fair, kita bisa saling jaga,” ungkap Ganjar.
Ketika ditanyakan kepada Anies dan Ganjar apakah majunya Gibran dibahas dalam pertemuan ini keduanya kompak menjawab tidak.
Gimmick Semata
Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago mengatakan bahwa ajakan makan siang kepada para calon presiden ini hanyalah gimmick untuk memadamkan suasana yang cukup panas setelah anak sulungnya Gibran Rakabuming Raka maju sebagai pasangan Prabowo Subianto pasca putusan Mahkamah Konsitusi (MK).
“Jadi ini upaya untuk menyelamatkan sementara. Diajak lah makan siang, supaya pembicaraan publik terseret ke isu makan siang. Tapi apakah rakyat Indonesia ini cukup bodoh? Hati-hati presiden. Sudah terlalu membuat omongan yang tidak bisa dipegang dengan perbuatan. Dengan makan siang, isu ini akan berganti? Isu nepotisme, isu Mahkamah Keluarga, isu penyalahgunaan kekuasaan lewat MK kemarin. Banyak problem, dan memang diam presiden. Tiba-tiba dengan makan siang ini kita harus puji-puji?,” ungkap Pangi.
Menurutnya, saat ini tingkat kepercayaan publik terhadap Jokowi sudah berada di titik terbawah karena perkataan presiden selalu tidak sesuai dengan apa yang diperbuatnya selama ini.
“Ketauladanan seorang pemimpin itu bisa dipegang antara omongan dengan perbuatan. Apakah mudah orang Indonesia pelupa dan pemaaf? Kita tidak bodoh amat kok. Ini bukan sekali, atau dua kali peristiwa. Kemudian dengan makan siang, kita bisa mengatakan bahwa presiden akan netral? Menurut saya hati-hati jangan percaya dengan gimmick seperti itu. Karena omongannya berbeda dengan perbuatan,” tambahnya.
Pangi pun menyatakan ragu bahwa Jokowi akan bersikap netral dalam pilpres nanti mengingat anaknya menjadi salah satu calon wapres.
“Jangan lupa, di dalam isi pembicaraan politisi, presiden ini DNA-nya DNA politik. Setiap agenda itu harus ada irisan politiknya. Itu bukan ruang kosong. Jadi presiden memahami, dia piawai bagaimana cara meneduhkan laut yang tadinya gelombang, itu dengan makan siang ini. Sehingga publik akan bicara tentang makan siang. Akhirnya lupa lah orang terkait peristiwa MK dan lain-lain,” pungkasnya. [gi/ab]
Forum