Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana Widodo dan rombongan terbatas terbang ke Jerman pada Sabtu (15/4) guna menghadiri perhelatan Hannover Messe 2023.
“Pagi hari ini, saya, Ibu Negara dan delegasi terbatas akan berangkat menuju ke Hannover di Jerman. Indonesia menjadi negara mitra di Hannover Messe tahun 2023 dan tema yang diusung Indonesia adalah Making Indonesia 4.0,” ujar Jokowi.
Hannover Messe adalah ajang pameran industri terbesar di kawasan Eropa. Indonesia sendiri, merupakan negara pertama dari ASEAN yang menjadi negara mitra resmi atau partner country.
Jokowi mengatakan, ia dan Kanselir Jerman Olaf Scholz secara resmi akan membuka acara tersebut.
Presiden juga berencana untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Kanselir Olaf, serta bertemu dengan beberapa pengusaha besar dari Jerman. Menurutnya pertemuan ini penting mengingat Jerman merupakan salah satu mitra dagang utama bagi Indonesia di kawasan Eropa.
“Jerman adalah mitra dagang dan investasi penting di Eropa. Mitra dagang terbesar di antara negara Eropa dan investor terbesar ke-4 dari kawasan Eropa,” imbuhnya.
Ekonom CELIOS Bhima Yudhistira mengatakan ajang industri terbesar di Eropa tersebut bisa dimanfaatkan baik oleh pemerintah maupun pelaku industri di Indonesia untuk memajukan industri di Tanah Air, guna menunjang master plan Making Industry 4.0.
“Sisi pertama, ini harapannya pelaku industri lokal yang mungkin diajak untuk mengisi pavilion di Hannover Messe itu bisa menampilkan transformasi digital ataupun transformasi teknologi. Sementara dari pihak Jerman, misalnya dari pihak perusahaan terknologi di Eropa itu, bisa menawarkan kerja sama sehingga percepatan industri 4.0 ini bisa dilakukan,” ungkap Bhima.
Menurutnya, hal ini akan sangat bermanfaat memajukkan industri nasional yang saat ini berada dalam tahap deindurstrialisasi prematur. Ia menjelaskan, begitu pandemi COVID-19 terjadi banyak sektor-sektor industri goyang atau bahkan berguguran. Maka dari itu, katanya, momen pemulihan pasca pandemi adalah masa pembalikan arah dari sektor-sektor industri.
“Industri kita pernah maju tahun 80-an. Jadi pada waktu itu pertumbuhan industri tiga kali dari pertumbuhan ekonomi. Jadi pertumbuhan ekonominya bisa 15 persen waktu itu, sekarang ini pertumbuhan industrinya relatif di bawah pertumbuhan ekonomi dengan porsi industri yang terus menurun," katanya.
"Ditambah dengan situari pandemi. Pandemi memang ada positifnya mempercepat transformasi digital, tapi basisnya jasa. Sementara yang di sektor manufaktur itu terhambat. Jadi ada diskoneksi antara jasa dan industri pengolahan di Indonesia. itulah yang menjadi penyebab deindustrialisasi prematur,” lanjut Bhima.
Terkait percepatan industri 4.0, kata Bhima, sudah ada beberapa industri yang memang mengurangi porsi tenaga kerja dan mengalihkan investasi mereka kepada penggunaan sensor yang lebih canggih, kecerdasan buatan (artificial intelegent), serta menggunakan tangan-tangan robot di industri manufaktur. Menurutnya, hal ini adalah sebuah keniscayaan dan Indonesia memiliki peluang besar untuk dapat mengembangkan hal tersebut.
“Di satu sisi ada investasi masuk, tapi juga harus siap pasca Hannover Messe ini bagaimana pemerintah menyiapkan infrastruktur karena undustri 4.0 butuh dua hal, yakni stabilitas listrik dan internet atau koneksi internet yang mendukung. Dua ini yang harus disiapkan terutama di kawasan-kawasan industri,” pungkasnya. [gi/ah]
Forum