Presiden Joko Widodo memberi peringatan keras kepada seluruh jajarannya untuk menangani pandemi dengan serius. Pasalnya, sudah hampir sembilan bulan, kurva COVID-19 belum melandai. Ia tidak ingin, tren kenaikan kasus terus terjadi dalam beberapa waktu ke depan.
“Saya memang kalau ada peningkatan sedikit saja, berikan warning secara keras karena kita tidak mau keterusan. Saya ingatkan karena ada kenaikan sedikit agar segera diperbaiki. Di beberapa kota/kabupaten itu ada kenaikan itu segera dikejar dan dihentikan jangan sampai terus menanjak ke atas, dan juga 1-2-3 provinsi yang perlu diberikan perhatian,” ujarnya dalam Sidang Kabinet, di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (1/12).
Lebih lanjut, Jokowi pun mengungkapkan rasa optimisnya bahwa Indonesia perlahan namun pasti bisa keluar dari situasi pandemi ini. Hal tersebut berdasarkan beberapa data terkait COVID-19 yang menurutnya sudah menunjukkan perbaikan. Ia mencontohkan rata-rata kesembuhan dari COVID-19 sudah mencapai 83,6 persen, yang lebih baik dari angka rata-rata kesembuhan global 69,03 persen.
Lanjutnya, jumlah kasus aktif corona di tanah air juga semakin berkurang setiap bulannya, dan menjadi 13,75 persen pada November. Sebagai perbandingan, rata-rata kasus aktif global berada di level 28,55 persen.
“Hanya yang masih belum dan perlu kita perbaiki di angka kematian kita masih di 3,1 persen, angka kematian dunia 2,32 persen. Ini saja, saya kira ini di awal karena keterlambatan ventilator dan lain-lain. Melihat ini kita sebetulnya kita sangat optimistis dalam pengendalian Covid,” kata Jokowi.
Satgas: Kasus Melonjak, Tren Penularan Masih Tinggi
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan, memang tren penularan virus ini masih tinggi. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan masih belum disiplinnya masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.
“Melonjaknya angka positif ini seharusnya menjadi perhatian seluruh masyarakat tanpa kecuali karena tingginya angka kasus positif merupakan cerminan meningkatnya penularan. Kasus aktif yang tinggi berpotensi meningkatkan multiplier effect yaitu penularan yang lebih tinggi utamanya jika kita mengabaikan protokol kesehatan,” ungkap Wiku dalam telekonferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (1/12).
Ia juga memperingatkan para pejabat negara untuk menerapkan protokol kesehatan secara disiplin, karena sudah banyak pejabat yang terkena bahkan meninggal dunia akibat terpapar virus ini. Wiku menekankan virus ini bisa menyerang siapa saja, tanpa terkecuali.
“Saya minta kepada seluruh kepala daerah di Indonesia untuk secara serius melakukan monitoring, penegakan disiplin, dan pemberian sanksi kepada masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan sesuai peraturan dan tanpa pandang bulu,” paparnya.
Kasus COVID-19 Melonjak 19,8 Persen Pada Pekan ini
Wiku juga melaporkan bahwa terjadi peningkatan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 sebesar 19,8 persen dibandingkan pada minggu lalu. Kenaikan dan penurunan kasus masing-masing terjadi di 17 provinsi.
Kenaikan kasus tertinggi pada pekan ini terjadi di Jawa Tengah, Banten, Jawa Timur, Lampung, dan Kepulauan Riau.
“Kami telah berkoordinasi dengan provinsi-provinsi tersebut untuk mengoptimalisasi testing, tracing dan treatment, untuk menekan akan melaju penularan terutama di lingkungan keluarga dan komunitas yang akan ditingkatkan upaya isolasi mandirinya yang secara terpusat seperti di hotel. hal ini akan direalisasikan sesegera mungkin dalam rangka menjaga jangan sampai terjadi penularan di tingkat keluarga,” jelasnya.
Angka kematian juga mengalami peningkatan sebesar 35,6 persen pada minggu ini. Lima provinsi dengan angka kematian tertinggi yakni adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Timur, dan Kepulauan Riau.
Secara kumulatif, angka kesembuhan pada minggu naik tipis 6,1 persen dibandingkan dengan minggu lalu.
Tes Corona RI Sudah Capai 90 persen
Pemerintah terus berupaya meningkatkan kapasitas testing untuk terus mendekati standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni sebesar 267.000 orang per minggunya. Sampai dengan saat ini, kapasitas testing di Indonesia, ujar Wiku sudah mencapai level 90 persen.
“Walaupun sempat mengalami fluktuasi jumlah testing yang dilakukan pada November 2020 mencatatkan tren peningkatan setiap minggunya dari 67,15 persen pada minggu pertama, naik menjadi 90,64 persen pada minggu ke empat. Ini tentunya merupakan pencapaian yang positif, dan hal ini berarti jumlah testing yang dilakukan semakin mendekati target yang ditentukan WHO," jelasnya.
Menurutnya, capaian kapasitas testing yang didapat sampai hari ini tidaklah mudah, mengingat berbagai kendala dan keterbatasan yang dihadapi seperti ketersediaan reagen, jumlah sumber daya manusia (SDM), jumlah kapasitas laboratorium, dan kondisi geografis Indonesia.
“Oleh karena itu, saya mengapresiasi peran Pemda dan tenaga medis yang sudah bekerja keras tidak mengenal lelah untuk meningkatkan jumlah testing ini. Selain itu saya juga memberikan apresiasi kepada para laboran yang tidak pernah lelah dalam melakukan pemeriksaan setiap spesimen yang masuk dan kami mohon agar tetap menjaga kondisi kesehatan dan keamanan dalam bekerja,” tuturnya.
Gubernur Dan Wagub DKI Jakarta Positif COVID-19, Satgas Galakkan Pelacakan Kasus
Wiku mengungkapkan rasa prihatin atas terpaparnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria oleh virus corona. Dengan kejadian ini, ia kembali mengingatkan masyarakat agar jangan lengah dalam menerapkan protokol kesehatan. Lanjutnya, untuk menekan laju penyebaran virus, pihaknya pun akan terus menggalakkan pelacakan kasus positif di ibu kota.
“Selanjutnya satgas menggalakkan upaya tracing dan testing di DKI mengingat angka kasus positif di DKI terus naik dalam seminggu terakhir. Maka tracing dan testing sangat dibutuhkan untuk memutus rantai penularan. Dan terpenting masyarakat harus mampu hindari terjadinya kontak dan penularan di antara keluarga atau tempat kerja atau di manapun kita berada. Kita harus waspada, tidak boleh terulang kembali peningkatan kasus yang tidak terkendali,” paparnya. [gi/ab]