Presiden Joko Widodo mengakui penanganan masalah pandemi COVID-19 tidaklah mudah, salah satunya karena munculnya varian Delta yang sangat menular. Untuk menahan laju penyebarannya, pemerintah mencoba menerapkan sejumlah strategi.
“Saya kira ini proses belajar juga yang kita lakukan, saya tahu beberapa negara yang kita nilai berhasil melakukan pengendalian dan kita coba untuk kita modifikasi dalam rangka pengendalian di negara kita,” ungkap Jokowi dalam pertemuan dengan para pemimpin partai koalisi di Istana Merdeka, Rabu (25/8).
Dengan berbagai strategi yang dilakukan, Jokowi mengklaim pandemi COVID-19 sudah cukup terkendali. Kasus aktif virus corona di Tanah Air turun menjadi 19.000 dari 56.000. Selain itu, angka keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) pasien COVID-19 di rumah sakit berada pada level 30 persen dari sebelumnya 80 persen. Tingkat kesembuhan pun, katanya, sudah di atas rata-rata angka kesembuhan di dunia, yakni 89,97 persen. Namun, Jokowi mengakui memang angkat kematian akibat perebakan wabah virus corona ini masih tinggi.
Indonesia mencatatkan 12.618 kasus COVID pada Jumat (27/8) dengan 599 kematian. Sehingga total kasus virus corona di Tanah Air mencapai sekitar 4 juta dengan jumlah kematian mencapai 130.781.
Lebih lanjut Jokowi mengaku puas dengan cakupan vaksinasi COVID-19 nasional. Dari sisi jumlah orang yang sudah divaksin, Indonesia menempati urutan ke-4 di dunia. Sementara jika dilihat dari dosis vaksin yang telah disuntikan, Indonesia berada pada ranking ke-7 di dunia dengan 91,9 juta dosis. Angka tersebut, menurut Presiden, tidak kalah dengan negara-negara seperti Jerman, Jepang, Brazil, Amerika Serikat, India dan China.
Perbaikan penanganan pandemi ini, ujar Jokowi, juga berdampak bagi pertumbuhan ekonomi. Setelah sempat terkontraksi cukup dalam, akhirnya pada kuartal-II 2021 perekonomian nasional bisa tumbuh di level 7,07 persen. Hal tersebut, lanjut Presiden, membuat tingkat kepercayaan masyarakat atau publik kepada pemerintah menjadi naik.
“Saya kira ini membuat kita optimis. Kalau kita lihat indeks kepercayaan pemerintah itu juga naik dari 97,6 kemudian 115,6. Ini juga kepercayaan konsumen, kepercayaan publik, kepercayaan masyarakat kelihatan dari indeks-indeks seperti ini yang angkanya selalu kita peroleh apabila surveinya selesai,” kata Presiden.
“Artinya ada optimisme, arahnya positif, tetapi juga kita tetap harus berada pada posisi kehatian-hatian, kewaspadaan, karena memang sekali lagi sulit dihitung dan sulit dikalkulasi,” lanjut Jokowi.
Lebih jauh, ia menekankan kecepatan merespons keadaan darurat di sebuah negara juga dibutuhkan agar permasalahan bisa teratasi dengan baik. Ia mengklaim penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia selama ini sebisa mungkin dilakukan dengan cepat, tetapi harus efektif dan tepat sasaran.
“Mengenai sistem pemerintahan kita, hal-hal yang sangat darurat direspons dengan lamban, bagaimana yang bekerja di lapangan? Sangat-sangat kesulitan, bagaimana merespons kesempatan disrupsi, yang ada sekarang akan sangat sulit. Oleh sebab itu ke depan, di era disrupsi ini, kecepatan kuncinya. Tidak ada yang lain. Negara sebesar apapun, sekaya apapun, kalah dengan yang namanya negara yang memiliki kecepatan, terutama kecepatan memutuskan,” kata Jokowi.
Puji Penanganan Pandemi
Para pemimpin partai politik koalisi mengaku puas dengan capaian pemerintah dalam menanganani pandemi. Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Megawati Soekarnoputri, mengatakan salah satu strategi Jokowi, yakni menggenjot vaksinasi COVID-19 dan mengajak masyarakat untuk disiplin dalam menerapkan protokol lesehatan, sudah sangat baik. Ditambah lagi dengan tradisi gotong royong yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia menjadikan semua elemen ikut bahu membahu untuk menyelesaikan permasalahan pandemi di Tanah Air.
“Makanya saya bilang saya dukung Bapak, jalur kita sudah betul. Apa yang membuat kita bisa seperti tadi? Menurut saya punya Pancasila, itu kalau di lapangan adalah gotong royong,” katanya.
Senada dengan Mega, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyatakan puas dengan kepemimpinan Jokowi dalam mengatasi permasalahan pandemi COVID-19. Strategi-strategi yang diterapkan Presiden, katanya, mampu menghadapi berbagai ketidakpastian akibat pandemi tersebut.
“Jadi kepemimpinan Pak Jokowi efektif, Pak. Saya mengakui itu, dan saya hormat sama Bapak. Saya lihat, saya saksi, saya ikut dalam kabinet, kepemimpinan dan keputusan-keputusan Bapak cocok untuk rakyat kita. Tim kita di kabinet cukup kompak dan kita kerjanya baik. Jadi mohon Bapak jangan ragu-ragu, we are on the right track,” ujar Prabowo.
Prabowo pun mengatakan berbagai kekurangan dalam penanganan pandemi tidak hanya dialami oleh Indonesia, tapi juga negara-negara lain. Ia pun yakin kondisi perekonomian nasional akan pulih meski perlahan tapi pasti, seiring dengan membaiknya penanganan pandemi ini.
“Keputusan Bapak untuk tidak lockdown keras ini memungkinkan kita untuk bisa selamat. Negara lain yang lockdown keras malah mengalami kesulitan. Jadi kita boleh bangga bahwa prestasi baik, saya bangga menjadi bagian dari pemerintah ini dan kita gak usah ragu-ragu,” tuturnya.
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh juga mengamini hal tersebut. Ia menyatakan seluruh jajaran pemerintah sudah bekerja keras dalam mengatasi permasalahan pandemi di Tanah Air. Namun ia menggarisbawahi pandemi COVID-19 bukanlah masalah sederhana.
“Saya bisa memahami betapa masalah ini bukan hanya masalah sederhana dan mudah. Kita sedang membangun kesadaran, kesadaran masyarakat kita untuk bisa berperan aktif menjadi warga negara yang mengerti hak, dan kewajiban yang juga mereka harus sertakan,” ungkap Surya Paloh.
Upaya Solidkan Koalisi
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai langkah Jokowi mengumpulkan para petinggi elite parpol koalisi adalah untuk mensolidkan kembali koalisi yang sebelumnya rapuh. Hal ini dikarenakan sejumlah parpol pendukung pemerintah sempat mengkritik kabinet Jokowi dalam penanggulangan pandemi COVID-19.
“Lihat saja sebelumnya Megawati mengkritik Jokowi terkait dengan penanganan pandemi. Bayangkan partai koalisinya sendiri mengkritik terkait dengan penanganan pandemi. Lalu Nasdem, Surya Paloh mengkritik terkait vaksinasi, PKB dan PPP juga mengkritik,” katanya kepada VOA, Sabtu (28/8).
Jika ini dibiarkan, lanjutnya, maka akan menganggu kesolidan penanganan pandemi. Maka dari itu, menurut Ujang, Jokowi perlu untuk merapatkan kembali barisan parpol pendukung pemerintahannya agar penanganan pandemi bisa semakin efektif.
Ujang menilai langkah parpol koalisi yang mengkritik penanganan pandemi sebelumnya dilakukan hanya untuk mengamankan elektabilitas masing-masing parpol yang cenderung menurun atau stagnan saat pemerintah tidak becus menangani pandemi. Maka dari itu, ketika pandemi diklaim membaik, parpol-parpol tersebut pun akan kembali solid. Namun, menurutnya, kekompakan itu tidak untuk waktu yang lama karena tahun politik akan dimulai pada 2022.
“Untuk sementara iya solid. Tetapi untuk jangka panjang, apalagi menghadapi tahun poliitik, itu tidak akan solid, karena parpol akan main masing-masing. Dan tergantung dari Jokowi dalam konteks bagus atau tidaknya menangani pandemi,” katanya.
Kalau pemerintah bagus dalam menangani pandemi, katanya, maka rakyat akan memberikan apreasiasi dan berdampak pada koalisi. Sebaliknya, jika Jokowi dianggap gagal, maka itu juga yang akan merugikan parpol koalisi Jokowi. [gi/ah]