Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova telah meminta maaf atas sebuah postingan di Facebook, di mana ia membandingkan foto Presiden Serbia Aleksandar Vucic pada sebuah pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump, dengan salah satu adegan di film "Basic Instinct". Namun Zakharova tidak melewatkan kesempatan untuk menarget AS dalam postingan itu.
Ia menulis, “UPD (update) Saya minta maaf, tapi postingan saya telah disalahtafsirkan! Satu-satunya yang ada di dalamnya adalah penolakan terhadap sikap arogan dari yang “’luar biasa.’”
“Trik-trik protokol telah menjadi salah satu teknik yang kerap digunakan para pejabat Amerika untuk menciptakan kejelasan eksklusivitas mereka sendiri. Dan ini tidak dapat diterima sama sekali,” tulis Zakharova.
Zakharova tampaknya ingin mengolok-olok Vucic dalam komentar terdahulunya di Facebook, dengan mengatakan ia diundang ke Gedung Putih untuk diinterogasi.
Komentarnya membuat berang Vucic dan para pejabat Serbia lainnya. Vucic mengatakan kepada Pink TV yang propemerintah bahwa apa yang dikatakan Zakharova bukan hanya mencerminkan diri juru bicara kementerian luar negeri Rusia itu, tetapi juga mencerminkan “mereka yang memberinya pekerjaan.”
Vucic juga mengatakan bahwa dalam kunjungannya pekan lalu di Washington, ia membela hubungan erat Serbia dengan Moskow, termasuk tentangan mengenai sanksi-sanksi Barat terhadap Moskow terkait Ukraina dan penjualan senjata dari Rusia.
Marko Djuric, pejabat di partai berkuasa pimpinan Vucic, menggunakan Twitter untuk membela Vucic.
“Presiden ini tidak mengatakan sepatah kata pun yang buruk mengenai Rusia, tidak juga di Gedung Putih. Saya tidak akan membiarkan Anda menyerang Serbia. Memalukan!”
Kantor presiden Serbia hari Minggu mengatakan bahwa atasan Zakharova, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, berbicara dengan Vucic, seraya menekankan “hubungan yang benar-benar erat” antara kedua negara.
Sambil berupaya menjadi anggota Uni Eropa, Serbia di bawah Presiden Vucic membangun hubungan politik, ekonomi dan militer yang erat dengan Rusia dan China.
Vucic berada di Washington pekan lalu untuk menandatangani kesepakatan yang diperantarai AS dengan PM Kosovo Avdullah Hoti untuk menormalisasi hubungan ekonomi antara kedua negara.
Vucic dan Hoti memuji kesepakatan itu yang dianggap sebagai satu langkah maju yang signifikan. Trump yang juga menandatangani dokumen itu dalam suatu upacara di Gedung Putih pada hari Jumat (4/9), menyebut perjanjian itu “bersejarah.”
Inti perselisihan antara kedua bekas musuh itu adalah penolakan Serbia untuk mengakui kemerdekaan Kosovo, yang dideklarasikan sepihak pada tahun 2008. Sebagian besar negara Barat, termasuk AS, telah mengakui Kosovo. Rusia dan China tidak mengakuinya. [uh/ab]