Di tengah pencarian kapal selam Titan yang mencapai tahap kritis pada hari Kamis (22/6), perhatian juga tertuju pada kapal pengangkut pengungsi yang terbalik di lepas pantai Yunani pekan lalu dan menewaskan sedikitnya 209 orang.
Kapal selam Titan, yang seukuran mobil van (6,7 meter) dan dioperasikan oleh perusahaan OceanGate Expeditions yang berbasis di AS, memulai penyelaman yang seharusnya berlangsung selama dua jam pada hari Minggu (18/6) pukul delapan pagi waktu setempat. Akan tetapi, kapal selam itu hilang kontak dengan kapal induknya.
Penyelaman wisata laut dalam untuk melihat bangkai kapal Titanic itu dibanderol OceanGate dengan harga $250,000 (sekitar Rp3,7 miliar) per orang.
Hilangnya kapal selam wisata Titanic itu menyita perhatian dunia.
Sementara itu, jumlah korban tewas yang tercatat secara resmi dalam kecelakaan kapal pengungsi di Eropa pekan lalu adalah 82, dengan 104 korban selamat, 12 di antaranya asal Pakistan.
Saksi mata mengatakan bahwa terdapat 400 sampai 750 orang yang memenuhi kapal nelayan dengan panjang 20-30 meter itu. Kapal itu kemudian terbalik dan karam pada 14 Juni dini hari, sekitar 80 kilometer di selatan kota pesisir Pylos, Yunani.
Ketika ditanya tentang perbedaan perhatian yang diberikan pada kedua tragedi itu, juru bicara PBB, Farhan Haq, menjawabnya dari sudut pandang kemanusiaan.
“Semua nyawa berharga. Saya rasa semua upaya harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa orang-orang yang ada dalam kapal selam ini. Tapi dengan cara yang sama… semua orang yang mempertaruhkan nyawa mereka di laut juga harus, harus dilindungi.” [rd/ka]
Forum