Otoritas separatis di Nagorno-Karabakh mengatakan sedikitnya 68 orang tewas menyusul ledakan yang mengguncang depot bahan bakar ketika ribuan orang meninggalkan wilayah tersebut dan berangkat menuju Armenia.
Ledakan itu terjadi pada Senin (25/9) malam di ibu kota regional yang dikenal dengan nama Stepanakert oleh warga Armenia dan Khankendi oleh orang Azerbaijan. Pihak berwenang mengatakan sedikitnya 290 orang dirawat di rumah sakit.
Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada Selasa (26/9), mengatakan pemerintah Armenia melaporkan bahwa sekitar 19.000 orang telah melarikan diri ke Armenia dari Nagorno-Karabakh sejak 23 September, setelah Azerbaijan melancarkan operasi untuk menguasai wilayah tersebut.
“Konflik selama beberapa dekade yang kembali berkobar ini, telah menyebabkan ribuan orang mengungsi,” kata Filippo Grandi, komisaris tinggi PBB untuk pengungsi, dalam pernyataan UNHCR. “Tim kami berada di lapangan, berusaha memberikan bantuan langsung. Kita perlu memastikan warga sipil terlindungi dan bantuan kemanusiaan bisa menjangkau mereka yang membutuhkan.”
Wilayah Nagorno-Karabakh sepenuhnya berada di wilayah Azerbaijan tetapi berada di bawah kendali etnis Armenia sejak tahun 1994, sampai sebagian wilayah tersebut direbut kembali oleh Azerbaijan selama perang pada tahun 2020.
Azerbaijan berjanji untuk menghormati hak-hak etnis Armenia di wilayah tersebut, namun ketakutan akan pembalasan telah mendorong banyak orang untuk menempuh antrean panjang mobil menuju Armenia.
Samantha Power, pimpinan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID), Selasa mengatakan bahwa operasi Azerbaijan memperburuk “situasi mengerikan” bagi orang-orang yang sudah menghadapi kekurangan makanan, obat-obatan dan pasokan di Nagorno-Karabakh.
Power kepada wartawan di Kornidzor, Armenia, Selasa mengatakan bahwa sangat penting bagi organisasi kemanusiaan dan pemantau independen mendapat akses ke Nagorno-Karabakh dan bagi pemerintah Azerbaijan untuk memfasilitasi evakuasi orang-orang yang terluka.
Power juga mengumumkan bantuan kemanusiaan AS senilai $11,5 juta, termasuk makanan, layanan psikososial, dan upaya menyatukan kembali keluarga.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, pada Selasa, berbicara dengan Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, melalui telepon, di mana Blinken menyerukan dihentikannya permusuhan lebih jauh.
“Menteri [Blinken] dalam percakapan telepon itu mengatakan bahwa Presiden Aliyev telah mengatakan bahwa tidak akan ada tindakan militer lebih lanjut dan kita berharap ia mematuhinya. Ia juga mengatakan akan menerima misi pengamat dan kita berharap ia mematuhinya” kata Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller kepada wartawan saat pengarahan Departemen Luar Negeri pada Selasa. [my/jm]
Sebagian informasi dalam laporan ini diambil dari AFP, The Associated Press dan Reuters.
Forum