Data yang dirilis Selasa (21/7) oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyatakan jumlah aktual pasien virus corona di beberapa bagian AS berkisar antara dua hingga 13 kali lebih tinggi daripada apa yang resmi dilaporkan.
CDC mendasarkan kesimpulan itu pada sampel darah yang dikumpulkan dari orang-orang yang menjalani uji klinis rutin di 10 wilayah geografis AS, termasuk Kota New York, kawasan selatan Florida, Missouri serta negara bagian Utah dan Washington. Di Missouri, misalnya, jumlah infeksi aktual diperkirakan 13 kali lebih tinggi daripada jumlah kasus terkonfirmasi, sementara di Utah, jumlah aktualnya paling tidak dua kali lebih tinggi.
Para penulis kajian tersebut, yang juga diterbitkan di sites web JAMA Internal Medicine, menyatakan, banyak orang yang terinfeksi tidak mencari pertolongan medis atau menjalani tes karena mereka kemungkinan besar memiliki gejala ringan atau tanpa gejala sama sekali, dan kemungkinan besar menularkan virus itu di tengah masyarakat. Sedikitnya 40 persen orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala tertular.
Para peneliti CDC juga mendapati bahwa hanya sebagian kecil orang di banyak wilayah AS yang memiliki antibodi virus corona hingga akhir Mei, yang mengisyaratkan bahwa sebagian besar populasi berisiko tinggi terjangkit.
Di Kota New York, episentrum awal pandemi Covid-19 di AS, hampir 24 persen populasi memiliki antibodi terhadap virus itu, jauh di bawah ambang 60 persen yang oleh para ilmuwan diperlukan untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity), keadaan di mana cukup banyak orang akan kebal terhadap virus corona.
Angka-angka itu jauh lebih rendah di wilayah-wilayah lain di AS. Di Philadelphia angkanya 3,6 persen, Missouri 2,8 persen dan Utah hanya 1,1 persen.
Angka-angka itu dirilis pada hari ketika AS mencatat lebih dari 1.000 kematian karena virus corona, yang pertama bagi AS sejak awal Juni mencapai angka sebesar itu dalam satu hari.
Dalam pengarahan harian resmi pertama Gedung Putih sejak akhir April, Presiden Donald Trump mengakui jumlah kasus Covid-19 melonjak di berbagai penjuru negeri, seraya menyatakan situasi akan terus memburuk sebelum mulai membaik.
Dengan lebih dari 14,8 juta kasus virus corona terkukuhkan dan lebih dari 613 ribu kematian, para penelitian melaporkan kemajuan dalam upaya mengembangkan vaksin yang aman dan efektif terhadap penyakit itu.
Vaksin yang kemungkinan menjadi vaksin pertama di AS siap diuji pada tahap akhir pekan dengan, dalam penelitian terhadap 30 ribu orang, untuk mengetahui apakah vaksin tersebut benar-benar aman dan efektif, sebut sebuah laporan Associated Press.
Di Brazil, yang menduduki posisi kedua setelah AS dalam hal jumlah kasus terkonfirmasi dan jumlah kematian, otoritas kesehatan di sana hari Selasa (21/7) menyetujui pengujian pada manusia calon vaksin Covid-19 yang dikembangkan bersama oleh perusahaan farmasi AS Pfizer dan perusahaan yang berbasis di Jerman BioNTech.
Persetujuan terhadap vaksin eksperimental itu muncul pada hari yang sama para peneliti memulai pengujian tahap akhir pada manusia selama tiga bulan terhadap vaksin baru lainnya yang dikembangkan perusahaan farmasi China Sinovac.
Ratusan dokter dan petugas layanan kesehatan lainnya di enam negara bagian di Brazil akan menerima vaksin itu, yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh lembaga ilmiah Butantan yang berbasis di Sao Paulo. Jika vaksin ini terbukti aman dan efektif, Brazil mungkin akan menerima sebanyak 120 juta dosis pada awal tahun depan, cukup banyak untuk mengimunisasi 30 juta orang.
Uji klinis tahap akhir juga berlangsung di Brazil terhadap vaksin Covid-19 yang dikembangkan bersama oleh Universitas Oxford Inggris dan perusahaan farmasi Inggris-Swedia AstraZeneca.
Sementara itu, Dana Anak-anak Internasional PBB, Selasa (21/7) menyatakan menutup fasilitas-fasilitas pendidikannya karena pandemi virus corona yang telah menyebabkan sedikitnya 40 juta murid prasekolah kehilangan kesempatan belajar. [uh/ab]