Juri pengadilan militer Amerika Serikat telah memulai pembahasan dalam sidang pembunuhan oleh seorang psikiater Angkatan Darat, yang telah mengaku membunuh 13 tentara dan melukai lebih dari 30 lainnya ketika mengamuk pada 2009 di Fort Hood, Texas.
Juri yang terdiri dari 13 perwira itu mulai mempertimbangkan kasus Mayor Nidal Hasan Kamis (22/8), setelah mendengar sekitar 90 saksi selama dua minggu ini bahwa Hasan sengaja menembaki korbannya ketika mereka sedang diproses untuk diberangkatkan ke zona perang di Irak dan Afghanistan.
Seorang oditur militer, Kolonel Steve Hendricks, mengatakan dalam argumen penutupnya bahwa Hasan memutuskan untuk membuat fasilitas medis Fort Hood sebagai medan pembantaian. Hendricks mengatakan bahwa Hasan “tanpa diragukan – tanpa diragukan sama sekali – berencana melakukan pembunuhan."
Hasan, bertindak sebagai pembela dirinya sendiri, melewatkan kesempatan untuk membuat pernyataan akhir sidang kepada juri yang akan memutuskan nasibnya. Dia tidak menghadirkan saksi untuk dirinya dan tidak bersedia memberikan kesaksian.
Dalam pernyataan pembukaan singkat di persidangan, Hasan, seorang Muslim kelahiran Amerika, mengatakan bukti di pengadilan "jelas menunjukkan" bahwa ia adalah penembaknya. Hasan mengatakan ia adalah seorang prajurit yang “menyeberang.”
Dalam sidang Rabu mengenai instruksi juri, Hasan mengatakan kepada hakim yang memimpin sidang itu bahwa serangannya dimotivasi oleh yang dianggapnya “perang ilegal” dan bahwa ia memiliki “provokasi yang memadai” karena para tentara yang ditembaknya akan pergi ke luar negeri untuk memerangi gerilyawan Muslim .
Hasan bisa diancam hukuman mati jika ke-13 juri menyatakannya bersalah melakukan pembunuhan terencana.
Juri yang terdiri dari 13 perwira itu mulai mempertimbangkan kasus Mayor Nidal Hasan Kamis (22/8), setelah mendengar sekitar 90 saksi selama dua minggu ini bahwa Hasan sengaja menembaki korbannya ketika mereka sedang diproses untuk diberangkatkan ke zona perang di Irak dan Afghanistan.
Seorang oditur militer, Kolonel Steve Hendricks, mengatakan dalam argumen penutupnya bahwa Hasan memutuskan untuk membuat fasilitas medis Fort Hood sebagai medan pembantaian. Hendricks mengatakan bahwa Hasan “tanpa diragukan – tanpa diragukan sama sekali – berencana melakukan pembunuhan."
Hasan, bertindak sebagai pembela dirinya sendiri, melewatkan kesempatan untuk membuat pernyataan akhir sidang kepada juri yang akan memutuskan nasibnya. Dia tidak menghadirkan saksi untuk dirinya dan tidak bersedia memberikan kesaksian.
Dalam pernyataan pembukaan singkat di persidangan, Hasan, seorang Muslim kelahiran Amerika, mengatakan bukti di pengadilan "jelas menunjukkan" bahwa ia adalah penembaknya. Hasan mengatakan ia adalah seorang prajurit yang “menyeberang.”
Dalam sidang Rabu mengenai instruksi juri, Hasan mengatakan kepada hakim yang memimpin sidang itu bahwa serangannya dimotivasi oleh yang dianggapnya “perang ilegal” dan bahwa ia memiliki “provokasi yang memadai” karena para tentara yang ditembaknya akan pergi ke luar negeri untuk memerangi gerilyawan Muslim .
Hasan bisa diancam hukuman mati jika ke-13 juri menyatakannya bersalah melakukan pembunuhan terencana.