Menghabiskan semua tabungan untuk berjudi kartu merupakan hal yang menakutkan banyak orang. Namun bagi kakak beradik Dang, bertaruh dengan uang ratusan ribu atau bahkan jutaan dollar dalam permainan poker di Internet sudah seperti pekerjaan.
“Ini bukan judi, tapi lebih ke rutinitas,” ujar Di, 28, sang abang. “Permainannya sangat perlu strategi dan berdasarkan angka. Kami berjudi selayaknya orang-orang berinvestasi dalam real estate atau pasar modal. Mereka membeli banyak dan mendapatkan 55 sampai 60 persen dari investasi. Untuk jangka panjang, kemenangan itu akan menutupi kekalahan dan malah untung. Kami menang 55 sampai 60 persen dari permainan kami.”
Kedua saudara keturunan Vietnam itu mulai bermain poker daring (online) ketika masih kuliah di jurusan teknik Universitas Virginia. Taruhan awal masih sedikit, sampai mereka kemudian sadar bahwa mereka cukup mahir memainkannya.
Menurut mereka, waktu untuk terjun ke dunia poker ini sangat pas. Saat mereka mulai, permainan poker di Internet masih cukup baru, ekonomi sedang baik, dan banyak “ikan”, atau istilah poker mengenai seseorang yang tidak begitu mahir bermain tapi berani menaruhkan uangnya.
“Kami tidak tahu apa yang kami lakukan,” ujar Di, yang memakai alias “urindanger” saat bermain. “Kami memiliki latar belakang matematika yang kuat, kami sangat kompetitif dan kami suka strategi. Kami memilih untuk bermain poker di waktu luang kami.”
Awalnya mereka membuka akun berisi 200 dolar Amerika, dan langsung kalah. Kemudian mereka memutuskan mencoba bertaruh 200 dolar dan “tidak pernah berhenti sejak itu,” ujar Hac, yang memakai nama “trex313” di dunia judi daring.
Sifat kompetitif mereka terhadap satu sama lain mendorong mereka untuk bermain lebih baik.
“Kami mendapat 10 dolar per jam dari bermain poker. Di mulai menghasilkan 15 dolar, dan itu membuat saya ingin lebih baik, dan begitu seterusnya, menggelinding seperti bola salju,” ujar Hac.
Meski kompetitif, kakak beradik yang merupakan selebriti di dunia poker daring, mengumpulkan uang kemenangan sehingga bisa bertaruh lebih banyak.
Bekerja bersama-sama, keduanya menghasilkan uang lebih banyak dari teman kuliah yang bekerja paruh waktu menjadi pelayan, misalnya. Dan uang kemenangan terus menumpuk. Tiba-tiba saja uang di rekening bank mereka sudah mencapai 100.000 dolar. Pada satu liburan musim semi, mereka memenangkan 40.000 dolar dan segera saja uang mereka terkumpul 500.000 dolar.
Keduanya mengaku poker mengganggu kuliah mereka. Di memerlukan lima tahun untuk lulus, atau setahun lebih lama dari seharusnya, dan Hac hampir tidak lulus satu mata kuliah yang ia perlukan untuk lulus tepat waktu.
Abang adik itu mengatakan bahwa Tahun Baru Cina merupakan pendorong terbesar bagi kecintaan mereka terhadap judi.
“Jika Tahun Baru Cina tidak ada, saya kira orang-orang Asia tidak akan terlalu suka judi,” ujar Hac. “Waktu kami kecil, kami belajar bermain blackjack, bertaruh uang receh dan dolar, dan senangnya bukan main jika kami menang beberapa dolar. Tanpa itu semua, kemungkinan kami menjadi pemain poker professional berkurang 50 persen.”
Meski belajar berjudi dari lingkungan keluarga, kedua orangtua mereka, yang berimigrasi ke Amerika Serikat dari Vietnam pada 1975, tidak mendukung keputusan mereka untuk menjadikan poker sebagai profesi.
“Di kebanyakan keluarga Asia, pasti ada satu paman yang menghilangkan uangnya karena bermain blackjack atau membeli tiket lotto,” ujar Hac. “Ketika orangtua kami mendengar bahwa kami bermain poker pada waktu luang kami, ayah kami mengatakan, ‘Saya tidak mengirim kalian kuliah di sini untuk bermain poker. Saya mengirimkan kalian kuliah supaya kalian mendapat gelar, bekerja dan hidup lebih baik. Saya tidak ingin kalian membuang uang untuk berjudi. Kalian bisa melakukan itu tanpa harus punya gelar.’”
Ayah mereka melarang mereka bermain di rumah, jadi mereka pergi ke kafe Internet untuk bermain.
Keluarga besar mereka pun tidak senang dengan kebiasaan itu. Tak lama setelah lulus kuliah, kakak beradik itu datang ke sebuah pertemuan keluarga dan mendapat banyak pertanyaan mengenai apa yang akan mereka lakukan setelah lulus. Ketika mereka mengatakan bahwa mereka akan berjudi secara professional, para kerabat menganggap pilihan itu tidak baik.
Namun pada akhirnya orangtua dan keluarga besar mereka mengerti, barangkali karena pada kenyataannya Hac dan Di sangat mahir dalam melakukan pekerjaan mereka. Keduanya membelikan orangtua mereka rumah di pinggiran Virgnia, Washington DC, serta sebuah rumah lagi untuk kakek dan nenek mereka.
Uang hasil bermain poker tersebut juga memungkinkan sang ayah untuk pensiun dini sebagai pegawai negeri.
“Rasanya senang karena orangtua kami telah bekerja sangat keras untuk keluarga,” ujar Di.
Sementara keduanya masih mahir bermain poker, ada tanda-tanda bahwa mereka mungkin akan berhenti.
Salah satu faktornya adalah karena judi Internet mulai dilarang di Amerika. Pada 2006, Kongres meloloskan Undang-Undang Anti Judi Internet (Unlawful Internet Gambling Enforcement Act), yang member batasan yang ketat untuk judi daring. Pada April 2011, pemerintah menutup tiga situs poker paling terkenal di dunia.
Hal ini mendorong kedua saudara itu untuk tinggal di Vancouver, Kanada, di mana Hac sering pergi untuk bermain poker daring. Di juga sering bepergian ke pusat perjudian Asia di Macau, dan keduanya secara rutin mengunjungi Las Vegas.
Krisis ekonomi juga membuat jumlah uang kemenangan berkurang, ujar abang adik tersebut. Selain itu, seiring berkembangnya permainan, tidak banyak lagi “ikan” di laut, dan sisanya adalah pejudi-pejudi terampil yang membuat kedua bersaudara itu makin sulit memenangkan uang dengan jumlah besar.
“Hari-hari dengan kemenangan jutaan dolar jarang terjadi sekarang,” ujar Di.
Kakak beradik keturunan Vietnam menjadikan permainan poker di Internet sebagai profesi dan memenangkan jutaan dolar.
Terkait
Paling Populer
1