Ketika bertemu dengan para eksekutif bisnis dan pengusaha perempuan, Wakil Presiden Amerika Kamala Harris mengatakan bahwa paket bantuan tersebut menarget perempuan melalui perluasan layanan Internet dan sistem pembayaran digital serta langkah-langkah lain di Guatemala, Honduras dan El Salvador.
Dia berbicara Selasa (5/6), sehari sebelum Presiden Joe Biden secara resmi membuka KTT Amerika. “Visi ke depan untuk kawasan ini membutuhkan pemahaman bahwa perempuan adalah penggerak pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Namun pertemuan para kepala negara dari Belahan Barat ini telah terperosok ke dalam kontroversi. Tuan rumah, Amerika Serikat, tidak mengundang Kuba, Nikaragua dan Venezuela, dengan alasan KTT itu harus menjadi arena pertemuan para kepala negara-negara demokratis.
Langkah itu membuat presiden Meksiko tidak hadir, bersama dengan beberapa pemimpin lain dari kawasan tersebut.
Dalam kolom opini surat kabar, Selasa (7/6), Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Ebrard, menuduh Amerika Serikat melakukan standar ganda, dengan mengatakan bahwa AS menjalin hubungan dengan para pemimpin negara-negara nondemokratis jika AS menginginkannya.
Namun, dia mengatakan kepada para wartawan bahwa Meksiko dan AS masih menjalin hubungan baik.
“Saya akan mengatakan bahwa hubungan bilateral kami dengan Amerika Serikat benar-benar baik, sangat luas dan ini adalah hubungan di mana kedua negara memiliki area yang jelas. Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mendapat undangan dari Presiden Joe Biden untuk mengunjungi Washington pada bulan Juli,” jelasnya.
Menteri Luar Negeri Ebrard mengatakan kedua pemimpin akan membahas berbagai masalah yang menjadi perhatian bersama, termasuk migrasi.
Migrasi adalah masalah yang diminta oleh Wakil Presiden Harris untuk ditangani. Dia telah melakukan dua lawatan singkat ke Amerika Latin. Langkah itu baik, kata seorang analis, tetapi perlu dilakukan lebih banyak keterlibatan.
Gaspar Rivera-Salgado, direktur Pusat Studi Meksiko di University of California Los Angeles (UCLA), mengatakan, “Kami membutuhkan lebih banyak tindakan langsung dalam hal itu. Jadi, saya pikir KTT ini bisa menjadi awal, bisa menjadi awal dari pergeseran prioritas di kawasan Amerika.”
Pemerintah AS baru-baru ini tidak cukup memperhatikan Amerika Latin, kata Patrick Duddy, mantan duta besar AS untuk Venezuela, yang berbicara melalui Skype.
Mantan diplomat yang kini menjadi pengajar di Duke University itu mengatakan, “Sungguh, (kurangnya perhatian) itu dimulai pada pemerintahan Obama tetapi jauh lebih vokal pada masa pemerintahan Trump. Ketika para pemimpin Amerika mulai secara terbuka menilai kembali apa peran kita sebenarnya di dunia, saya pikir Amerika Latin sering diabaikan.”
Patrick Duddy menambahkan bahwa terlepas dari kontroversi, KTT ini menawarkan kesempatan kepada pemerintahan Biden untuk membalikkan kurangnya perhatian tersebut. [lt/uh]