Pemerintah Kamboja sepakat untuk menaikkan upah minimum bagi pekerja di industri pakaian jadi (garmen) dan alas kaki, langkah yang kemungkinan ditujukan untuk mendapatkan dukungan menjelang pemilihan umum tahun depan. Industri ini, penghasil ekspor terbesar di negara itu, mempekerjakan lebih dari 700.000 orang.
Kementerian Tenaga Kerja, Kejuruan dan Pelatihan mengumumkan Kamis, upah minimum akan dinaikkan sebesar 11,11 persen menjadi $170 per bulan, di mana $165 harus dibayar oleh pengusaha dan $5 oleh pemerintah.
Upah baru akan mulai berlaku tahun depan. Kementerian itu mengatakan, kalau termasuk tunjangan lainnya, pekerja akan mendapat rata-rata $187-198 per bulan tahun depan.
Pekerja pabrik dan Serikat pekerja mereka pada umumnya mendukung oposisi politik terhadap Perdana Menteri Hun Sen, yang telah memegang kekuasaan selama empat dasawarsa dan bertekad untuk tetap memerintah selama 10 tahun lagi.
Empat tahun lalu, sebuah kampanye gabungan untuk - melipat-duakan upah minimum dari $ 80 mengakibatkan bentrokan dengan polisi dan penumpasan terhadap demonstran. Pada awal 2014, sedikitnya empat orang tewas dan lebih dari 20 lainnya cedera ketika polisi di pinggiran kota Phnom Penh melepaskan tembakan untuk membubarkan demonstrasi pekerja garmen yang mogok.
Namun dalam beberapa pekan terakhir, Hun Sen telah mengadakan pertemuan dengan banyak pekerja, menjanjikan kondisi kerja yang lebih baik, gaji yang lebih tinggi dan tunjangan.
Upah di Kamboja tetap rendah menurut standar internasional, terutama karena tekanan untuk bersaing dengan produsen berbiaya rendah lainnya seperti Bangladesh dan Vietnam. [ps/ii]