Kandidat presiden AS dari Partai Republik, Nikki Haley, yang menggambarkan dirinya sebagai seorang ‘pro-kehidupan,’ yang menentang aborsi dalam perdebatan isu aborsi, mengatakan dirinya akan berupaya menciptakan dialog yang lebih penuh kasih dalam isu aborsi di kancah nasional, hari Selasa (25/4).
“Saya meyakini peran pemerintah federal dalam isu aborsi. Bisa-tidaknya kita menyelamatkan lebih banyak nyawa secara nasional sepenuhnya bergantung pada tindakan yang tak satu pun pernah melakukannya hingga saat ini, yaitu menemukan konsensus,” ujar Haley.
Haley mengatakan, kebutuhan akan akses alat kontrasepsi merupakan isu yang diyakininya bersifat bipartisan, alias bisa disepakati Partai Demokrat maupun Republik.
Mantan duta besar AS untuk PBB itu menuduh Partai Demokrat menyebarkan ‘klaim yang sangat keliru’ tentang pandangan Partai Republik akan masalah aborsi.
Ia juga mengkritisi sesama anggota Partai Republik, khususnya para kandidat yang lebih konservatif, yang menyerukan agar perempuan dapat dipidana bila melakukan aborsi.
“Kita semua bisa sepakat bahwa perempuan yang melakukan aborsi tidak boleh dipenjara. Sebagian kecil bahkan menuntut mereka dihukum mati. Itu adalah sikap yang paling tidak pro-kehidupan yang bisa saya bayangkan.”
Sejak pencabutan hak aborsi secara nasional oleh Mahkamah Agung AS yang membatalkan putusan dalam kasus Roe v. Wade musim panas tahun lalu, banyak negara bagian yang dikuasai Partai Republik berusaha membatasi lebih jauh akses aborsi, sementara negara-negara bagian yang dikuasai Partai Demokrat justru mengesahkan sejumlah undang-undang perlindungan aborsi yang baru.
Partai Republik tidak menghiraukan sebagian besar upaya Gedung Putih untuk melawan upaya pembatasan hak aborsi.
Sebagian besar tindak aborsi kini dilarang di 13 negara bagian setelah berlakunya undang-undang baru menyusul keputusan Mahkamah Agung.
Fokus pada isu itu berhasil menggerakkan para pemilih Partai Demokrat dan menghindarkan partai itu dari sejumlah kekalahan dalam pemilu paruh waktu akhir tahun lalu.
Jajak pendapat Edison Research menemukan bahwa bagi seperempat pemilih, isu aborsi merupakan perhatian utama mereka. Sebanyak 61% responden menentang keputusan Mahkamah Agung AS untuk membatalkan putusan dalam kasus Roe v. Wade. [rd/jm]
Forum