Kandidat-kandidat dari komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender -- beserta Kristen, Roma dan anggota puluhan etnisitas dan budaya lainnya -- maju dalam pemilihan parlemen akhir pekan ini di Turki dalam jumlah besar untuk pertama kalinya.
Di sebuah negara yang suatu kali memandang keberagamannya sebagai ancaman persatuan nasional, menonjolnya minoritas dalam pemilihan umum hari Minggu (7/6) merupakan tanda bahwa semakin ada perubahan dalam adat istiadat konservatif.
"Jika Anda memperjuangkan hak Anda sendiri, Anda akan digilas. Tapi ketika minoritas bersatu, kita membentuk massa kritis," ujar Sulu, 37, seorang kandidat untuk Partai Demokratik Rakyat (HDP) di kota Eskisehir.
"Mungkin saya tidak menang, tapi yang paling penting adalah kita membahas hak-hak kelompok LGBT," lanjutnya.
Homoseksualitas tidak melanggar hukum tapi dianggap aneh di Turki. Meski secara konstitusional sekuler, negara itu telah diperintah selama lebih dari 12 tahun oleh Partai AK yang menarik banyak dukungan dari Muslim konservatif. Namun, pemerintahan AKP juga telah bertindak meringankan beberapa tekanan pada minoritas etnis dan seksual.
AKP dan oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP) memiliki kandidat-kandidat dari kelompok-kelompok minoritas. Namun, daftar yang paling beragam ada di HDP, yang ada di urutan ke empat dalam jajak-jajak pendapat. Setengah dari kandidatnya adalah perempuan.
HDP mendapatkan kekuatannya dari Kurdi, minoritas terbesar yang mencakup sekitar 20 persen dari populasi 76 juta orang. Partai ini juga telah menominasikan orang-orang Kristen Syriac berbahasa Aramaic dan dua orang Yazidi, suku beragama purba yang berakar pada Zoroastrianisme, Kristiani dan Islam, yang jumlahnya di Turki telah merosot menjadi tinggal beberapa ratus orang akibat penindasan selama berabad-abad.
"Kami partai terkaya dalam hal pluralisme," ujar Selahattin Demirtas, yang berbagi posisi ketua HDP dengan seorang perempuan.
"Partai-partai lain telah memilih kandidat dari satu atau dua kelompok berbeda hanya sebagai hiasan."
Liberal-liberal Baru
Kelompok Alevi, yang keyakinannya merupakan sekte Islam dengan 15 juta jemaat, menduduki slot teratas dalam daftar-daftar partai berlainan.
"Partai-partai ingin menjangkau konstituensi baru yang beridentifikasi dengan struktur nilai liberal," ujar Aaron Stein, dari lembaga Atlantic Council.
Turki menyingkirkan "nasionalisme etnis yang digunakan untuk membentuk negara bangsa baru pada tahun 1920an."
Namun pilihan HDP atas kandidat-kandidat yang tidak konvensional telah mengundang kecaman dari Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang telah mempertajam retorikanya dalam beberapa minggu terakhir untuk menarik kelompok konservatif.
Meski bukan kandidat, Erdogan khawatir HDP dapat membahayakan suara mayoritas yang dinikmati AKP, partai yang ia dirikan.
Ia telah mengecam "ateis dan Zoroastrian", "Lobi Armenia dan gay" dan bagian-bagian komunitas Alevi yang ia tuduh tidak religious.
Sulu tidak khawatir. "Apapun yang dikatakan presiden, saya seorang warga negara yang memperjuangkan hak saya," ujarnya. "Sebagai pria gay, bahkan dengan mengatakan 'saya ada,' merupakan pernyataan politik."
Kelompok gay menghadapi diskriminasi pekerjaan dan perawatan kesehatan, dan Turki memiliki tingkat pembunuhan transgender tertinggi di Eropa, menurut para aktivis. Sebuah pamflet tak bernama yang diedarkan dalam beberapa hari terakhir menunjukkan foto Sulu dan tulisan: "Apakah Anda mau ada homoseksual dari Eskisehir membela suku Kurdi di parlemen?"
Komunitas LGBT, seperti kelompok-kelompok lainnya yang sekarang mendukung HDP, disatukan oleh demonstrasi-demonstrasi anti-pemerintah tahun 2013 melawan apa yang disebut sebagai peningkatan otoritarianisme Erdogan.
HDP berharap akan menjadi partai pertama dengan akar Kurdi yang nyata di parlemen.
Sejak Republik Turki dibentuk tahun 1923, sejumlah besar orang Kurdi telah bertugas di parlemen dan beberapa presiden merupakan keturunan Kurdi. Namun identitas kesukuan mereka tidak pernah tampak nyata.
Turki Muslim Suni
HDP tidak hanya ingin mendorong suku Kurdi, namun juga perwakilan-perwakilan dari beragam latar belakang, termasuk Mhallami, yang berbahasa Arab kuno, dan Pomak, keturunan bangsa Bulgaria.
Selama berpuluh tahun, kebijakan resmi menyangkal eksistensi Kurdi dan Alevi, dan membatasi hak-hak umat Kristen dan Yahudi. Muslim Sunni mendominasi bisnis, politik, militer dan birokrasi menyusul kejatuhan Kesultanan Utsmaniyah yang heterogen tahun 1922.
Erdogan berkuasa sebagai perdana menteri tahun 2002 dengan kampanye inklusif dan mengawasi reformasi untuk melonggarkan pembatasan atas hak-hak budaya Kurdi, mengembalikan properti yang disita kepada orang-orang Kristen dan Yahudi dan mengembalikan fungsi rumah ibadah. Dalam tahun-tahun terakhir, penganiayaan atas kelompok-kelompok LGBT telah dihentikan.
Meski Erdogan berbicara keras, AKP telah memilih kandidat Armenia. Populasi Armenia Utsmaniyah menderita dalam Perang Dunia I dalam apa yang menurut para akademis merupakan genosida. Sekitar 60.000 orang Armenia masih ada, sementara orang Kristen mencapai 100.000 orang, dan 17.000 Yahudi meskipun ada kekerasan secara sporadis.
Garo Paylan, 42, dari HDP merupakan salah satu dari setidaknya lima kandidat yang berharap menjadi anggota legislatif Armenia pertama setelah absen selama setengah abad.
CHP, partai tertua di Turki, telah lama dianggap sebagai benteng elit Turki yang sekuler. Saat ini, kandidat-kandidatnya lebih berwarna, termasuk seorang Armenia dan perempuan transgender.
Ozcan Purcu, 38, berniat menjadi anggota legislatif Roma pertama setelah CHP mencalonkannya dari kota basis kuat mereka, Izmir.
Purcu tumbuh dalam kondisi miskin dalam sebuah tenda dan merupakan salah satu dari beberapa dari populasi Roma di Turki yang berjumlah 3 juta orang, yang lulus kuliah.
"Sepuluh tahun lalu, tidak terbayangkan bahwa CHP memiliki kandidat orang Roma atau LGBT," ujar Purcu. "Ini menandai perubahan besar. Dengan adanya kami di parlemen, politik tidak akan pernah sama lagi."