Kanselir Jerman Angela Merkel, Selasa (9/12) menyerukan restriksi COVID-19 yang lebih ketat karena negara itu mencetak rekor harian dalam hal kematian akibat virus corona dan jumlah mereka yang terjangkit terus meningkat.
Berbicara di majelis rendah parlemen Jerman, Bundestag, Merkel yang kadang-kadang emosional mengatakan kepada para legislator bahwa negara itu dalam periode penting dalam perang melawan pandemi, dengan wabah gelombang kedua yang jauh lebih berat daripada yang sebelumnya.
Robert Koch Institute for Infectious Diseases Jerman, Rabu (9/12) melaporkan 590 kematian terkait COVID-1 dalam periode 24 jam terakhir, lebih banyak 100 daripada rekor yang tercatat sepekan sebelumnya dan 20.815 kasus baru pada periode yang sama, naik dari 17.270 sepekan sebelumnya.
Jerman secara bertahap bergerak menuju lockdown yang lebih ketat, setidaknya untuk periode terbatas setelah Natal, sementara kasus baru virus corona masih tinggi dan terus bertambah. Ini terlepas dari penutupan sebagian yang dimulai pada awal November, dengan harapan perayaan Natal akan berlangsung lebih normal.
Sementara keluarga-keluarga akan diizinkan berkumpul untuk merayakan Natal, Merkel menyerukan semua toko, kecuali yang esensial, untuk tutup mulai dari malam menjelang Natal hingga setidaknya 10 Januari, dan orang-orang agar bekerja dari rumah serta sekolah-sekolah tetap tutup selama periode itu juga.
Gagasannya adalah memanfaatkan masa perayaan ini untuk membuat orang-orang tetap berada di rumah dan memutus rantai penularan. Merkel mendesak orang-orang untuk membatasi kontak sosial mereka apabila memungkinkan.
Ia mengatakan, “Jika kita melakukan terlalu banyak kontak sebelum Natal dan menjadikan ini sebagai Natal terakhir dengan kakek-nenek, maka kita benar-benar akan gagal.”
Merkel dengan konsisten menganjurkan tindakan tegas tetapi kerap harus bertindak lebih lambat karena, di Jerman yang sangat terdesentralisasi, 16 pemerintah negara bagianlah yang bertanggung jawab untuk memberlakukan dan mencabut restriksi.
Jerman berhasil menghindari jumlah penularan yang tinggi dan korban tewas yang banyak yang terlihat di negara-negara besar Eropa lainnya pada awal pandemi dan terus mencatat jumlah korban tewas yang lebih rendah daripada di negara-negara seperti Inggris, Prancis dan Spanyol. [uh/ab]