Ketika Amerika Serikat dan negara-negara sahabat mengadakan latihan militer gabungan di Laut China Selatan, kapal-kapal China secara agresif memaksakan klaim teritorial Beijing di jalur air yang diperebutkan dengan sengit itu, menguji tekad Filipina, Malaysia, dan Vietnam.
Minggu lalu pada tanggal 26 September, China menggunakan dua kapal rudal dan laser berkekuatan tinggi untuk menggagalkan upaya Filipina mengirimkan pasokan kepada nelayannya yang ditempatkan di dekat Beting Half Moon, sebuah atol (pulau karang) yang terletak di dalam Zona Ekonomi Eksklusif atau ZEE Manila.
Pada hari Minggu, penjaga pantai China dilaporkan menyerang nelayan Vietnam dengan pipa besi, menyita peralatan penangkapan ikan di dekat Kepulauan Paracel.
Dan sebuah laporan baru oleh Prakarsa Transparansi Maritim Asia (Asia Maritime Transparency Initiative) yang berpusat di Washington, D.C., yang dirilis hari Selasa (1/10) melaporkan bagaimana kapal penjaga pantai China telah beroperasi terus menerus tahun ini di perairan yang diklaim oleh Malaysia ketika negara kaya sumber daya itu mencoba memperluas eksplorasi minyak dan gas di Laut China Selatan.
Pada hari Kamis, surat kabar The Washington Post juga melaporkan bahwa kapal-kapal China telah mengganggu perbaikan dan pembangunan kabel bawah laut yang membentang di bawah Laut China Selatan.
China semakin berani
Para analis mengatakan serangkaian tindakan tersebut menunjukkan Beijing sedang mencoba menguji tekad negara-negara di kawasan itu untuk melindungi klaim teritorial masing-masing pada saat Amerika Serikat terpaku pada konflik di Timur Tengah.
“Krisis serius di Timur Tengah telah membuat China semakin berani dan memungkinkan mereka untuk menguji Amerika lebih jauh di kawasan Indo-Pasifik,” kata Collin Koh, seorang pakar keamanan maritim di Sekolah Pascasarjana Studi Internasional S. Rajaratnam yang berbasis di Singapura.
Ia menambahkan bahwa Beijing menggunakan tindakan fisik dan perang hukum untuk mencoba mengubah situasi di Laut China Selatan “secara keseluruhan.”
Filipina telah menggolongkan intimidasi yang dilakukan oleh Beijing terhadap kapal-kapalnya sebagai “tidak bertanggung jawab, berbahaya, dan provokatif,” sementara Hanoi mengatakan serangan terhadap nelayan Vietnam melanggar kedaulatan dan hukum internasionalnya.
Kementerian Luar Negeri China tidak menanggapi permintaan informasi dari VOA terkait intimidasi terhadap kapal-kapal Filipina.
Mengomentari serangan terhadap nelayan tersebut, Beijing mengklaim pasukan penegak hukum China menghentikan nelayan Vietnam dari upaya penangkapan ikan ilegal di dekat Kepulauan Paracel, yang oleh China disebut sebagai Xisha. Kepulauan tersebut berjarak sama dari China dan Vietnam, tetapi Beijing telah mempertahankan kendali de facto atas pulau-pulau tersebut sejak merebutnya pada tahun 1974 setelah bentrokan dengan pasukan Vietnam.
Dalam beberapa tahun terakhir, Beijing telah mereklamasi laut dangkal dan membangun instalasi militer di Kepulauan Paracel, termasuk landasan udara dan pelabuhan buatan. [lt/ka]
Forum