Sebuah kapal pesiar yang menjadi objek penyelidikan kriminal setelah dituding sebagai sumber terbesar penularan virus corona di Australia akhirnya meninggalkan negara itu, Kamis (23/4), sebulan setelah diperintahkan polisi untuk pergi.
"Ruby Princess" disebut-sebut terkait dengan 19 kematian di Australia, dan dua kematian di AS. Australia sendiri, sejauh ini, mencatat adanya 75 kematian terkait virus corona.
Penyelidikan yang dilakukan pemerintah Australia, dan masih berlangsung pada saat ini, mencoba mencari tahu mengapa kapal dengan 2.700 penumpang dan awalnya diizinkan berlabuh di Sydney pada 19 Maret sebelum hasil uji terhadap para penumpang yang sakit diketahui.
Banyak penumpang kapal itu kemudian terbang dari Sydney ke luar negeri. Dua orang meninggal di AS, termasuk warga Los Angeles berusia 64 tahun Chung Chen, yang keluarganya menuntut "Princess Cruises", perusahaan yang mengoperasikan "Ruby Princess" ganti rugi lebih dari 1 juta dolar karena tidak mengingatkan para penumpang mengenai risiko tersebut.
Menyusul peristiwa itu, negara bagian New South Wales melarang kapal-kapal-kapal pesiar berlabuh di kawasan pantainya hingga protokol kesehatan baru disetujui oleh pemerintah federal.
"Ruby Princess" menunda keberangkatannya dari Pelabuhan Kembla, di sebelah selatan Sydney, karena sejumlah awaknya yang sakit dan bahkan meninggal di rumah sakit. Kapal tersebut meninggalkan pelabuhan kargo itu dengan jumlah awak yang sangat terbatas pada Kamis siang waktu setempat. [ab/uh]