Ekstremisme agama dapat menggelincirkan proses reformasi di Myanmar, menurut kardinal Katolik pertama untuk negara mayoritas Buddhis, Charles Maung Bo, Selasa (6/1).
Bo, yang diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus pada 4 Januari, memperingatkan bahwa nasionalisme Buddhis yang ditujukan pada Muslim minoritas dapat membuat Muslim berhubungan dengan kelompok ekstremis yang mencari pembalasan dendam.
Bo menyerukan saling pengertian dan mendesak pemerintah untuk berbuat lebih untuk mengekang pidato kebencian dari biksu-biksu radikal.
Myanmar muncul pada 2011 dari kekuasaan militer selama setengah abad, dan pemerintah semi-sipil telah menghapus pembatasan kebebasan berbicara, berorganisasi dan media.
Namun reformasi-reformasi tersebut telah diiringi dengan bangkitnya nasionalisme Buddhis, dengan biksu-biksu yang membentuk kelompok-kelompok yang bertujuan mendorong karakter Buddhis negara itu.
Target utama gerakan nasionalis Buddhis itu adalah kelompok Muslim, yang mencakup sekitar 5 persen dari jumlah populasi 51 juta. (Reuters)