Israel, Kamis (24/9), berencana memperketat lockdown nasional ke-2 menyusul terus meningkatnya jumlah kasus virus corona.
Kabinet memutuskan untuk menutup semua bisnis yang dianggap tidak penting, termasuk pasar di udara terbuka. Kegiatan sembahyang dan demonstrasi politik hanya diizinkan berlangsung di tempat-tempat terbuka dan diikuti tidak lebih dari 20 orang. Mereka yang mengikuti kegiatan-kegiatan itu hanyalah orang-orang yang tinggal tidak lebih dari satu kilometer dari lokasi.
Ketentuan-ketentuan baru tersebut mulai diberlakukan selepas tengah hari Jumat (25/9) atau menjelang perayaan Yom Kippur yang jatuh pada hari Minggu dan Senin. Pada perayaan yang sangat disucikan warga Yahudi Israel itu, bisnis-bisnis memang ditutup selama 24 jam untuk menunjukkan penghormatan pada hari besar keagamaan itu.
Lockdown direncanakan akan berlangsung setidaknya selama dua pekan, namun sinagoga-sinagoga akan diizinkan buka dengan sejumlah pembatasan bagi mereka yang ingin merayakan Yom Kippur.
Demonstrasi anti-lockdown akan digelar hari Kamis (24/9) di hadapan gedung parlemen. Komunitas ultra-Ortodoks yang memiliki pengaruh politik besar menyatakan keberatan atas pembatasan kegiatan sembahyang bersama pada hari-hari besar Yahudi. Para penentang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menuduh pemerintah memanfaatkan lockdown sebagai upaya untuk menghentikan demonstrasi yang berlangsung mingguan dan mempertanyakan caranya menangani krisis tersebut.
Tambahan kasus virus corona harian di Israel kini hampir 7.000, sehingga menjadikan negara berpenduduk sembilan juta orang itu sebagai salah satu negara dengan catatan kasus per kapita terburuk di dunia. [ab/uh]