LONDON —
Proyek Olallo di London dibentuk untuk membantu tunawisma dari Eropa Tengah dan Timur agar dapat kembali mandiri, mendapatkan tempat tinggal dan pekerjaan. Tetapi kegiatan amal itu justru berkembang untuk melayani kebutuhan lain yang mendesak, yaitu menanggulangi tuberkulosis (TB) dalam komunitas migran Inggris.
Rimgaudas Planecinas baru saja menyelesaikan pengobatan 18 bulan untuk memerangi TB yang kebal multi-obat, atau MDR-TB.
Pendatang dari Lithuania ini merasa sulit menggambarkan pengalamannya. Katanya pengobatan itu membuatnya sakit dan mempengaruhi penglihatannya. Ia masih menderita setelah pengobatan selesai.
Ia mengatakan bahwa ia sulit bernafas dan merasa lemah.
Pada tahun 2011 lebih dari 400 kasus TB kebal obat dilaporkan di Inggris. Dibanding kawasan lain di dunia, angka itu kedengaran tidak besar, tetapi angka itu merupakan peningkatan 26 persen dari tahun lalu.
David Barratt, manajer Proyek Olallo, mengatakan setiap tahun TB tampaknya semakin sulit diberantas. "Dalam beberapa tahun terakhir kasus kebal multi-obat telah meningkat. Kami membuka layanan lebih dari setahun yang lalu. Awalnya mengharapkan layanan untuk pasien TB normal yang mencari pengobatan enam bulan. Dari 14 orang, 13 di antaranya menderita TB yang kebal terhadap beberapa obat," paparnya.
Sebagian kasus TB kebal obat di Inggris dapat ditelusuri ke bagian timur benua itu, di mana jumlah penderita tertinggi di dunia ditemukan. TB biasanya menjadi kebal terhadap obat ketika dosis antibiotik terganggu. Tetapi tes-tes di Eropa Timur menunjukkan TB kebal obat sekarang menular langsung dari orang ke orang.
Ibrahim Abubakar, pakari Tuberkulosis dari University College London, mengatakan, "Kami kira sekitar sepertiga populasi yang belum pernah diobati dengan antibiotik sekarang menderita MDR-TB di kawasan Eropa Timur. Ini sangat mengkhawatirkan karena berarti mereka benar-benar terjangkit MDR-TB dari orang lain, bukan karena mereka salah menggunakan obat."
Teknologi baru membantu para pakar kesehatan mengidentifikasi TB kebal pbat dengan lebih cepat di daerah berisiko tinggi, seperti Afrika Selatan, Rusia, India, dan Tiongkok, di mana terdapat dua pertiga kasus kebal obat.
Teknologi yang lebih canggih dan obat-obatan baru sedang dibuat, tetapi Abubakar mengatakan dana tidak cukup untuk terus lebih maju dari penyakit itu.
Organisasi Kesehatan Sedunia bulan ini menyatakan kekurangan dana $1,6 miliar untuk pengobatan dan pencegahan TB, lebih dari setengah dari dana yang dialokasikan untuk Sub-Sahara Afrika.
Rimgaudas Planecinas baru saja menyelesaikan pengobatan 18 bulan untuk memerangi TB yang kebal multi-obat, atau MDR-TB.
Pendatang dari Lithuania ini merasa sulit menggambarkan pengalamannya. Katanya pengobatan itu membuatnya sakit dan mempengaruhi penglihatannya. Ia masih menderita setelah pengobatan selesai.
Ia mengatakan bahwa ia sulit bernafas dan merasa lemah.
Pada tahun 2011 lebih dari 400 kasus TB kebal obat dilaporkan di Inggris. Dibanding kawasan lain di dunia, angka itu kedengaran tidak besar, tetapi angka itu merupakan peningkatan 26 persen dari tahun lalu.
David Barratt, manajer Proyek Olallo, mengatakan setiap tahun TB tampaknya semakin sulit diberantas. "Dalam beberapa tahun terakhir kasus kebal multi-obat telah meningkat. Kami membuka layanan lebih dari setahun yang lalu. Awalnya mengharapkan layanan untuk pasien TB normal yang mencari pengobatan enam bulan. Dari 14 orang, 13 di antaranya menderita TB yang kebal terhadap beberapa obat," paparnya.
Sebagian kasus TB kebal obat di Inggris dapat ditelusuri ke bagian timur benua itu, di mana jumlah penderita tertinggi di dunia ditemukan. TB biasanya menjadi kebal terhadap obat ketika dosis antibiotik terganggu. Tetapi tes-tes di Eropa Timur menunjukkan TB kebal obat sekarang menular langsung dari orang ke orang.
Ibrahim Abubakar, pakari Tuberkulosis dari University College London, mengatakan, "Kami kira sekitar sepertiga populasi yang belum pernah diobati dengan antibiotik sekarang menderita MDR-TB di kawasan Eropa Timur. Ini sangat mengkhawatirkan karena berarti mereka benar-benar terjangkit MDR-TB dari orang lain, bukan karena mereka salah menggunakan obat."
Teknologi baru membantu para pakar kesehatan mengidentifikasi TB kebal pbat dengan lebih cepat di daerah berisiko tinggi, seperti Afrika Selatan, Rusia, India, dan Tiongkok, di mana terdapat dua pertiga kasus kebal obat.
Teknologi yang lebih canggih dan obat-obatan baru sedang dibuat, tetapi Abubakar mengatakan dana tidak cukup untuk terus lebih maju dari penyakit itu.
Organisasi Kesehatan Sedunia bulan ini menyatakan kekurangan dana $1,6 miliar untuk pengobatan dan pencegahan TB, lebih dari setengah dari dana yang dialokasikan untuk Sub-Sahara Afrika.