Para pejabat di Afghanistan menyatakan sedikitnya 32 orang tewas dan 60 lainnya cedera, Jumat (6/3) sewaktu sekawanan lelaki tak dikenal melepaskan tembakan pada sebuah acara pertemuan di Kabul yang dihadiri para politisi oposisi terkemuka.
Para saksi mata mengatakan penembakan dimulai pada saat mantan wakil presiden Karim Khalili menyampaikan pidato dalam suatu acara di ibukota Afghanistan, yang diselenggarakan untuk memperingati hari meninggalnya politisi Hazara terkemuka dari kelompok Syiah yang minoritas di negara itu.
Acara itu ditayangkan langsung oleh berbagai stasiun televisi Afghanistan. Khalili terlihat lari mencari tempat berlindung bersama dengan yang lainnya sewaktu tembakan mulai terjadi di sebuah gedung yang sedang dibangun di dekatnya.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Nasrat Rahimi mengatakan pasukan keamanan Afghanistan kemudian terlibat baku tembak dengan tiga penyerang dan menewaskan mereka dalam bentrokan berjam-jam untuk mengakhiri aksi mereka.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab, dan pemberontak Taliban segera membantah terlibat dalam serangan tersebut.
Afiliasi ISIS di kawasan itu, yang dikenal sebagai ISKP, telah mengaku bertanggungjawab atas serangan-serangan terdahulu terhadap acara pertemuan dan tempat-tempat ibadah Syiah di Afghanistan.
Kepala Eksekutif Afghanistan Abdullah Abdullah dan mantan presiden Hamid Karzai termasuk di antara pembicara tamu pada acara hari Jumat itu. Keduanya selamat tanpa cedera.
Namun, seorang mantan gubernur dikabarkan termasuk yang cedera.
Presiden Ashraf Ghani mengecam serangan itu sebagai “kejahatan terhadap kemanusiaan” seraya mengatakan kekerasan itu ditujukan pada persatuan nasional Afghanistan.
Acara mengenang hari meningalnya Abdul Ali Mazari tahun lalu, yang dihadiri oleh sebagian besar warga Syiah Afghanistan, juga diserang. Belasan orang tewas dan banyak lagi yang cedera. Serangan itu diklaim oleh ISIS.
Pemimpin etnis Hazara itu dibunuh pada tahun 1995 setelah disandera militan sewaktu Afghanistan masih dicengkeram perang saudara.
Kekerasan hari Jumat ini (6/3) berlangsung hampir sepekan setelah AS dan Taliban menandatangani perjanjian perdamaian penting di Qatar dalam upaya mengakhiri perang Afghanistan, yang kini memasuki tahun ke-19. [uh/ab]