Tautan-tautan Akses

Kawat Diplomatik Uni Eropa Diretas


Presiden Dewan Eropa Donald Tusk (kiri) dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker memberikan konferensi pers di Brussels, Belgia (foto: ilustrasi).
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk (kiri) dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker memberikan konferensi pers di Brussels, Belgia (foto: ilustrasi).

Harian The New York Times melaporkan Selasa (18/12) malam bahwa sejumlah peretas berhasil mengakses jaringan-jaringan komunikasi diplomatik Uni Eropa selama tiga tahun, sehingga memungkinkan mereka mengunduh ribuan kawat diplomatik rahasia.

Laporan itu mengatakan, aksi peretasan itu ditemukan oleh perusahaan keamanan cyber Area 1, yang menyediakan lebih dari 1.100 kawat berita ke surat kabar itu.

Menurut harian itu, materi yang diretas itu mengungkap kekhawatiran Eropa tentang "pemerintahan Trump yang sulit diprediksi," termasuk reaksi Uni Eropa mengenai sikap negatif Trump terhadap blok itu yang "telah menciptakan banyak ketidakpastian."

Dokumen-dokumen itu juga menyorot kesulitan yang dihadapi blok itu dalam berunding dengan Rusia dan China, dan dalam menyikapi risiko bahwa Iran yang dapat menghidupkan kembali program nuklirnya. Kawat-kawat diplomatik yang diretas juga termasuk nota pembicaraan Uni Eropa dengan para pemimpin Arab Saudi, Israel dan negara-negara lain.

Informasi-informasi yang diakses peretas tergolong rahasia, namun pada tingkat rendah karena diberi label terbatas. Majalah Times mengutip pejabat Eropa yang mengatakan, dokumen-dokumen yang lebih rahasia disimpan dalam sistem terpisah.

Sebuah kawat diplomatik dari Wakil Ketua Misi Uni Eropa di Amerika menganjurkan agar diplomat-diplomat Uni Eropa bekerja secara langsung dengan para anggota Kongres, bukannya dengan Trump, dan berusaha meningkatkan hubungan dengan menggambarkan Amerika Serikat sebagai "mitra paling penting."

Majalah Times mengatakan, dalam kawat lain, para diplomat Eropa membahas pertemuan Trump Juli lalu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Helsinki, di mana pemimpin AS itu menentang penilaian badan intelijennya dengan mengatakan, dia tidak melihat alasan mengapa Rusia ikut campur dalam pemilu AS tahun 2016 yang membawanya ke kursi presiden. (ps/ab)

Recommended

XS
SM
MD
LG