Empat ledakan mengguncang kota Tanta dan kota Alexandria di Mesir, Minggu pagi (9/4), menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai seratus lainnya. Satu ledakan di Tanta dan satu ledakan di Alexandria yang terjadi dalam waktu hampir bersamaan, menelan banyak korban jiwa karena terjadi di dalam gereja Koptik yang sedang dipadati jemaat yang merayakan Minggu Palma, perayaan khusus yang dilakukan pada hari Minggu terakhir sebelum Paskah. Kelompok militan ISIS mengklaim bertanggungjawab terhadap dua ledakan di gereja Koptik tersebut.
Diwawancara VOA beberapa jam setelah ledakan keempat, Duta Besar Indonesia untuk Mesir Helmy Fauzi memastikan bahwa tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban dalam rangkaian ledakan tersebut.
"Sepanjang yang kami ketahui ada empat ledakan, dua di kota Tanta dan dua di kota Alexandria. Jumlah korban masih simpang siur. Tetapi yang jelas di Tanta sedikitnya ada 25 korban, sementara di Alexandria ada 11 korban tewas. Kami sudah mendapatkan seluruh nama korban yang tewas. Dari nama-nama itu dan juga komunikasi yang kami lakukan dengan aparat setempat, kami bisa pastikan tidak ada WNI yang menjadi korban," ujarnya.
KBRI Mesir Ingatkan Warga Indonesia Jauhi Lokasi yang Berpotensi Disasar Teroris
Menurut Helmy Fauzi, pihak KBRI di Mesir kembali mengulangi peringatan pada warga negara Indonesia yang berada di Mesir saat ini, untuk menjauhi tempat-tempat yang berpotensi menjadi sasaran teroris.
Helmy menambahkan, "Betul, kami mengeluarkan himbauan. Sebenarnya sudah beberapa kali kami mengeluarkan himbauan karena kami mendapatkan "alert" atau peringatan sebelumnya tentang potensi terjadinya serangan teror, baik dari kalangan korps diplomatik maupun sumber-sumber lain. Hari ini kembali kami mengeluarkan peringatan pada WNI untuk menghindari tempat-tempat keramaian, khususnya titik-titik yang rawan terhadap aksi teroris. Kami sudah mengindikasi beberapa daerah, misalnya Sinai Utara. Kami senantiasa menghimbau WNI kita untuk tidak bepergian ke Sinai Utara, khususnya ke kota Aris. Juga beberapa tempat di Kairo yang menurut penilaian kami berpotensi menjadi target teroris."
Menurut data resmi di KBRI Mesir, ada sekitar 8.000 warga negara Indonesia yang berada di Mesir, termasuk 4.200 pelajar. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ini bukan jumlah sebenarnya karena banyak warga yang tidak melapor ketika datang ke Mesir.
Helmy Fauzi yang baru satu tahun menjabat sebagai duta besar di Mesir juga mengatakan telah menghubungi Kementerian Luar Negeri di Jakarta, yang kemungkinan besar akan segera mengeluarkan peringatan perjalanan ke Mesir. Indonesia, ujar Helmy, juga menyampaikan belasungkawa pada seluruh korban dan keluarga yang terkena dampak serangan bom tersebut.
Lewat Twitter, Presiden Trump Kutuk Serangan di Mesir
Pernyataan belasungkawa dan sekaligus kecaman keras juga disampaikan sejumlah pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Donald Trump. Lewat pernyataannya di Twitter, Trump mengatakan sedih mendengar kabar ledakan bom di Mesir dan mengutuk keras hal itu. Ditambahkannya, Amerika yakin Presiden Mesir Abdel Fattah El Sissi akan mampu menangani hal itu secara tepat. El Sissi baru saja bertemu dengan Trump di Washington DC Senin lalu (3/4).
Juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin juga memasang pesan serupa di Twitter. "Kami mengutuk keras serangan teror yang keji terhadap gereja-gereja di Mesir pada perayaan Minggu palem hari ini," tulis Kalin. Sementara Kepala Urusan Keagamaan di Turki Mehmet Gormez mengutuk serangan terhadap kemanusiaan itu. “Kesucian tempat beribadah, apapun agamanya, tidak boleh dilanggar dan pembunuhan jemaat yang tidak berdosa tidak akan diampuni,” ujar Gormez dalam pernyataan resminya.
Jerman, Perancis dan Israel juga mengeluarkan pernyataan serupa.
Paus Mengecam Serangan Berdarah di Mesir
Sementara Paus Fransiskus mengecam serangan berdarah yang terjadi hanya beberapa minggu sebelum lawatannya ke Kairo. Paus menyampaikan "belasungkawa mendalam terhadap Paus kota Alexandria Tawadros II, gereja Koptik dan seluruh warga Mesir," dan mengatakan ia mendoakan orang-orang yang tewas dan luka-luka dalam serangan itu. Kabar pemboman itu diterima Paus ketika ia bersiap menyambut Minggu Palem di Lapangan Santo Petrus. [em/ii]