Tautan-tautan Akses

Kebijakan Baru Nuklir Rusia Tuai Reaksi Keras


Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Yevgeny Balitsky, gubernur terpilih Moskow untuk wilayah Zaporizhzhia di Ukraina yang dikuasai Rusia, di Kremlin di Moskow, Rusia, 18 November 2024. (Sputnik/Vyacheslav Prokofyev/Pool via REUTERS)
Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Yevgeny Balitsky, gubernur terpilih Moskow untuk wilayah Zaporizhzhia di Ukraina yang dikuasai Rusia, di Kremlin di Moskow, Rusia, 18 November 2024. (Sputnik/Vyacheslav Prokofyev/Pool via REUTERS)

Banyak pihak berspekulasi bahwa keputusan Putin menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir oleh Rusia merupakan tanggapan terhadap keputusan Biden yang mengizinkan Ukraina menyerang sasaran-sasaran di wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh yang dipasok Amerika Serikat.

Presiden Rusia Vladimir Putin, Selasa (19/10) menandatangani doktrin nuklir yang telah direvisi yang menyatakan bahwa serangan konvensional terhadap Rusia oleh negara mana pun yang didukung oleh kekuatan nuklir akan dianggap sebagai serangan bersama terhadap negaranya. Langkah Putin ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden memutuskan untuk mengizinkan Ukraina menyerang sasaran di wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh yang dipasok Amerika. Sejumlah negara bereaksi terhadap ancaman tersebut.

Jerman termasuk salah satu negara Eropa yang bereaksi keras terhadap ancaman Putin. Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan bahwa negaranya tidak akan terintimidasi oleh kebijakan pencegahan nuklir baru Rusia, dan mengatakan bahwa Berlin pernah melakukan kesalahan serupa di masa lalu dan tidak akan mengulanginya.

Usai menghadiri pertemuan para menteri luar negeri Polandia, Jerman, Perancis dan Italia, di Warsawa, pada hari Selasa, ia mengatakan,“Putin mempermainkan ketakutan kita. Dia tidak mulai melakukan ini 1.000 hari yang lalu. Hal ini dimulai pada tahun 2014. Dan Jerman khususnya melakukan kesalahan pada saat itu, terutama secara politik, dengan membiarkan diri terintimidasi oleh rasa takut ini dan, yang paling penting, tidak mendengarkan mitra-mitranya, terutama mitra-mitra kami di Eropa Timur, yang telah menjelaskan hal ini dengan jelas waktu itu: Kita tidak boleh bergantung pada janji Kremlin. Kita harus berinvestasi pada keamanan dan perlindungan kita sendiri.”

Seribu hari lalu yang dimaksud Baerbock merujuk pada hari ketika Putin pertama kali mengirim pasukan ke Ukraina. Revisi doktrin nuklir baru Rusia sendiri ditandatangani Putin pada hari ke-1000, yakni hari Selasa ini.

Pertemuan para menteri luar negeri di Warsawa itu membahas peningkatan dukungan militer Eropa untuk Ukraina serta hubungan dengan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump.

Pernyataan keras juga dilontarkan diplomat tertinggi Uni Eropa, Josep Borrell. Ia mengatakan, seruan untuk melakukan perang nuklir adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab.

“Ini bukan pertama kalinya mereka mengancam akan melakukan eskalasi nuklir, yang merupakan tindakan yang sangat tidak bertanggung jawab. Rusia telah menganut prinsip bahwa tidak ada yang menang dalam perang nuklir, dan oleh karena itu perang tersebut tidak boleh dilakukan,” kata Borrell kepada wartawan.

Kebijakan Baru Nuklir Rusia Tuai Reaksi Keras
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:04:31 0:00

Banyak pihak berspekulasi bahwa keputusan Putin menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir oleh Rusia merupakan tanggapan terhadap keputusan Biden yang mengizinkan Ukraina menyerang sasaran-sasaran di wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh yang dipasok Amerika Serikat.

Namun, Patricia Lewis, kepala program Keamanan Internasional di Chatham House, mengatakan dia tidak yakin doktrin yang direvisi itu ditandatangani sebagai tanggapan atas keputusan Biden.

“Ini bukan merupakan respons terhadap keputusan Presiden Biden yang mengizinkan Ukraina menggunakan rudal medan perang ATACMS (Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat) atau keputusan Ukraina untuk menggunakan Storm Shadow Inggris karena hal ini telah berlangsung selama beberapa waktu. Ini adalah doktrin nuklir baru dan merupakan versi modifikasi dari doktrin nuklir sebelumnya dan mengingatkan kembali pada beberapa bahasa lama yang digunakan dalam doktrin nuklir Rusia beberapa tahun yang lalu,” kata Lewis.

Rusia sendiri membantah bahwa keputusan Putin menandatangani doktrin nuklir yang telah direvisi merupakan ancaman perang nuklir. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di sela-sela KTT G-20 di Brazil mengatakan bahwa Moskow melakukan segala kemungkinan untuk mencegah pecahnya perang nuklir.

Lavrov mengatakan kepada wartawan di Rio de Janeiro bahwa senjata nuklir hanya berfungsi sebagai pencegah perang nuklir. “Kami sangat mendukung upaya apa pun untuk mencegah terjadinya perang nuklir. Kamilah yang pertama kali menyarankan Amerika Serikat pada masa Uni Soviet, dan Presiden Gorbachev dan Presiden Reagan membuat pernyataan bersama bahwa tidak ada pemenang dalam perang nuklir dan perang ini tidak boleh dimulai," jelasnya.

Pemerintah Amerika Serikat megaku tidak terkejut dengan penurunan ambang batas serangan nuklir Rusia. Gedung Putih mengatakan pada hari Selasa, pemerintah tidak berencana menyesuaikan postur nuklirnya sebagai respons.

“Seperti yang kami katakan awal bulan ini, kami tidak terkejut dengan pengumuman Rusia bahwa mereka akan memperbarui doktrin nuklirnya; Rusia telah mengisyaratkan niatnya untuk memperbarui doktrinnya selama beberapa pekan,” kata Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih dalam sebuah pernyataan. [ab/uh]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG