Runtuhnya tambang batu bara yang menelan korban jiwa di China minggu ini adalah salah satu dari semakin banyak kecelakaan industri selama setahun terakhir, menurut statistik pemerintah. Kecelakaan itu terjadi bertepatan dengan dorongan pemerintah baru-baru ini untuk produksi yang lebih tinggi dengan tujuan meningkatkan ketahanan energi.
Sedikitnya enam orang tewas dan 47 lainnya masih hilang dua hari setelah runtuhnya tambang batu bara terbuka di wilayah utara China di Mongolia Dalam, provinsi penghasil batu bara nomor dua di negara itu.
Penyebab runtuhnya tambang itu belum diketahui, dan pemilik tambang tidak dapat dihubungi oleh kantor berita Reuters. Badan Keselamatan Tambang Nasional (NMSA) tidak segera menanggapi permintaan komentar atas kecelakaan itu.
Namun, kecelakaan terjadi setelah statistik NMSA yang dirilis bulan ini menunjukkan jumlah kecelakaan di tambang batu bara hampir dua kali lipat pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun 2021 dan jumlah kematian mencapai 245. Itu adalah jumlah tertinggi dalam enam tahun, tepat setelah China menyerukan produksi batu bara yang lebih tinggi.
Walaupun China sudah menjadi produsen dan konsumen batu bara terbesar di dunia, negara itu masih meningkatkan produksi batu baranya tahun lalu sebesar 9%, menjadi rekor 4,5 miliar ton. China juga mendesak para penambang agar meningkatkan produksi setelah kekurangan listrik nasional pada akhir 2021 menyebabkan harga domestik naik empat kali lipat.
Melonjaknya harga batu bara global dan gangguan pasokan energi setelah invasi Rusia ke Ukraina juga mendorong Beijing untuk meningkatkan keamanan energinya.
Meskipun tambangnya dikenal sebagai yang paling banyak menelan korban di dunia, kecelakaan dan kematian terus menurun dalam dekade hingga 2021 setelah China menutup kelebihan kapasitas penambangan, mengurangi pembakaran batu bara, dan memperkuat pemeriksaan keselamatan.
Namun, pada tahun 2022 terjadi 168 kecelakaan dengan berbagai tingkat keparahan, menurut data dari NMSA, melonjak dari 91 tahun sebelumnya. Dalam tinjauan kecelakaan tahun 2021, NMSA mengatakan beberapa tambang batu bara lebih mengutamakan keuntungan daripada keselamatan.
Dengan menipisnya sumber daya batu bara dangkal di China, penambang batu bara juga dipaksa untuk menggali lebih dalam, sehingga menimbulkan risiko keselamatan yang lebih besar, menurut para ahli. [lt/ab]
Forum