Tindakan keras terhadap migrasi ilegal sebagian besar berdampak pada warga Afghanistan karena mereka adalah mayoritas orang asing yang tinggal di Pakistan, meskipun pemerintah mengatakan pihaknya menarget semua orang yang berada di negara tersebut secara ilegal.
Tiga organisasi bantuan, Dewan Pengungsi Norwegia, Dewan Pengungsi Denmark dan Komite Penyelamatan Internasional mengatakan banyak orang yang melarikan diri dari tindakan keras Pakistan tiba di Afghanistan dalam kondisi yang memprihatinkan.
“Kondisi saat mereka tiba di Afghanistan sangat mengerikan, banyak di antara mereka yang harus menempuh perjalanan sulit selama beberapa hari, terpapar cuaca buruk, dan seringkali terpaksa menyerahkan harta benda mereka untuk ditukar dengan transportasi,” kata badan-badan tersebut dalam sebuah pernyataan.
Antara 9.000 dan 10.000 warga Afghanistan kini melintasi perbatasan setiap hari dari Pakistan. Sebelumnya jumlahnya sekitar 300 per hari, menurut tim badan-badan tersebut di lapangan.
Warga Afghanistan yang kembali tidak punya tempat tujuan dan badan-badan tersebut mengatakan mereka mengkhawatirkan kelangsungan hidup dan reintegrasi orang-orang di negara yang dilanda bencana alam, perang selama puluhan tahun, kesulitan ekonomi, jutaan pengungsi internal, dan krisis kemanusiaan.
Salma Ben Aissa, direktur Komite Penyelamatan Internasional di Afghanistan, mengatakan para pengungsi yang kembali menghadapi masa depan yang suram, terutama jika mereka tinggal di Pakistan selama beberapa dekade.
Pihak berwenang Taliban di Afghanistan mengatakan mereka telah menyiapkan kamp-kamp sementara bagi warga Afghanistan di daerah perbatasan, menyediakan makanan, tempat tinggal, layanan kesehatan, dan kartu SIM bagi masyarakat. Kartu SIM adalah kartu pintar untuk ponsel yang menyimpan pengenal jasa penyedia telekomunikasi
Pada hari Kamis (2/11), Menteri Dalam Negeri Pakistan Sarfraz Bugti mengatakan ia meyakinkan diplomat tertinggi Taliban di negara itu, Ahmad Shakib, bahwa perempuan dan anak-anak Afghanistan akan dikecualikan dari tes biometrik seperti sidik jari untuk memfasilitasi kepulangan mereka.
Bugti mengatakan kepada Shakib bahwa warga Afghanistan akan diperlakukan dengan sangat hormat dan bermartabat, menurut pernyataan kementerian itu. Tidak ada tindakan yang diambil terhadap mereka yang telah terdaftar tinggal di Pakistan atau memiliki kartu warga negara Afghanistan, tambahnya.
Polisi Pakistan melakukan penggerebekan di seluruh negeri untuk memeriksa dokumen orang asing.
Pihak berwenang menghancurkan rumah-rumah yang terbuat dari batu bata lumpur di pinggiran ibu kota Islamabad awal pekan ini untuk memaksa warga Afghanistan meninggalkan daerah tersebut. Barang-barang rumah tangga terkubur di bawah reruntuhan setelah alat berat merobohkan tempat-tempat tinggal sementara tersebut.
Pakistan telah menampung jutaan warga Afghanistan selama beberapa dekade, termasuk mereka yang meninggalkan negaranya selama pendudukan Soviet pada tahun 1979-1989. [ab/uh]
Forum