Badan Pengungsi PBB telah mengutarakan keprihatinan atas pecahnya kekerasan baru-baru ini di beberapa daerah di Republik Afrika Tengah.
Menurut UNHCR, kerusuhan baru-baru ini disulut oleh serangan granat di ibukota, Bangui, yang menewaskan empat orang tanggal 7 Oktober. Setelah insiden itu, orang yang dituduh penyerang tersebut ditangkap oleh massa yang marah dan diyakini telah dibunuh.
Pemerintah transisi di Republik Afrika Tengah mengatakan hari Selasa (14/10) peningkatan kekerasan pekan lalu menewaskan sedikitnya 12 orang. Pemerintah yakin kekerasan itu dimaksudkan untuk mendorong terjadinya kudeta.
Menurut pernyataan pemerintah, pemberontak yang tidak disebut namanya itu memberi uang dan senjata kepada orang dan mendorong mereka menciptakan teror melalui kekerasan dan menuntut peletakan jabatan Presiden Catherine Samba-Panza.
UNHCR mencatat gelombang terbaru itu telah mengakibatkan pengungsian sedikitnya 6.500 orang.