Tautan-tautan Akses

Kelompok Etnis Bersenjata Arakan Usir Ribuan Rohingya di Myanmar


Polisi Perbatasan Myanmar yang mengenakan baju preman beristirahat setelah melarikan diri menyusul serangan oleh tentara etnis Arakan, sementara tentara perbatasan Bangladesh bersiaga di Ghumdhum, Bandarban, Bangladesh, 5 Februari 2024. (Foto: Shafiqur Rahman/AP Photo)
Polisi Perbatasan Myanmar yang mengenakan baju preman beristirahat setelah melarikan diri menyusul serangan oleh tentara etnis Arakan, sementara tentara perbatasan Bangladesh bersiaga di Ghumdhum, Bandarban, Bangladesh, 5 Februari 2024. (Foto: Shafiqur Rahman/AP Photo)

Sejumlah aktivis Rohingya menuduh sebuah kelompok etnis bersenjata Myanmar pada Rabu (22/5) mengusir ribuan Rohingya di wilayah barat negara bagian Rakhine. Tudingan ini muncul setelah Amerika Serikat (AS) mengatakan merasa prihatin dengan meningkatnya kekerasan di Myanmar.

Bentrokan telah mengguncang Rakhine sejak Tentara Arakan (AA) menyerang pasukan junta pada November, mengakhiri gencatan senjata yang sebagian besar telah dilakukan sejak kudeta militer pada 2021.

AA mengatakan pihaknya memperjuangkan otonomi yang lebih besar bagi penduduk etnis Rakhine – Arakan -- di negara bagian tersebut, yang juga merupakan rumah bagi sekitar 600.000 anggota minoritas Muslim Rohingya yang teraniaya.

Ratusan ribu warga Rohingya melarikan diri dari Rakhine pada 2017 saat terjadi tindakan keras oleh militer yang kini menjadi subjek kasus genosida Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh beberapa organisasi Rohingya yang berbasis di luar negeri menyebutkan para pejuang AA memaksa warga Rohingya meninggalkan Kota Buthidaung pekan lalu dan kemudian membakar dan menjarah rumah mereka.

Pernyataan itu menyebutkan bahwa warga Rohingya kemudian diarahkan oleh para pejuang ke wilayah yang dikuasai AA.

Pernyataan tersebut menyerukan AA untuk mengakhiri “pengungsian paksa dan pelanggaran HAM” terhadap etnis Rohingya.

AA mengatakan mereka telah merebut Buthidaung pekan lalu, sebuah kemenangan terbaru yang diklaim mereka saat melawan junta di negara bagian Rakhine.

Kelompok bersenjata itu mengatakan bahwa pihaknya telah memperingatkan penduduk kota tersebut untuk meninggalkan kota tersebut dan kemudian "membantu orang-orang untuk pindah ke daerah yang lebih aman", tetapi tidak memberikan perincian apa pun.

Mereka menuduh junta menghancurkan Buthidaung dan menghasut “kekerasan ras dan agama” dengan merekrut “Muslim Bengali” untuk melawan AA.

Warga Rohingya memandang kata "Bengali" sebagai cercaan yang menyiratkan bahwa mereka adalah penyelundup di Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Buddha.

Pernyataan bersama kelompok-kelompok Rohingya juga menuduh junta mewajibkan “beberapa ribu” warga Rohingya untuk berperang dan menggunakan mereka sebagai “umpan meriam”.

Junta belum menanggapi permintaan komentar mengenai bentrokan terbaru di sekitar Buthidaung.

AFP juga telah menghubungi AA untuk meminta komentar.

Bentrokan terbaru telah menewaskan ratusan orang dan membuat sedikitnya 300.000 orang mengungsi di Rakhine sejak bentrokan terjadi pada bulan November, menurut PBB.

Jaringan internet dan telepon terputus wilayah negara bagian ini, sehingga membuat komunikasi menjadi sulit. [ab/lt]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG