Sementara pengunjuk rasa di Sudan terus mendesak junta militer agar membentuk pemerintahan sipil, pasca penggulingan mantan presiden Omar al-Bashir, kelompok-kelompok Islam tampaknya berusaha untuk ikut menentukan proses politik di negara Afrika itu.
Kelompok Islamis Sudan memainkan peran penting dalam kudeta tahun 1989 yang membawa al-Bashir berkuasa. Tetapi hubungan lama dengan pemimpin yang terguling itu kini tidak menguntungkan posisi partai-partai Islam yang sedang mencari peran dalam transisi Sudan menuju demokrasi.
Setelah demonstrasi setiap hari selama hampir empat bulan terhadap al-Bashir, para demonstran menggulingkan presiden otokratis itu pada bulan April tahun ini. Mereka yang terlibat dalam gerakan protes itu mengecam kelompok Islamis karena mendukung al-Bashir.
"Mayoritas partai Islam di Sudan memihak al-Bashir sampai saat-saat terakhir," kata Durra Gambo, seorang aktivis perempuan - tokoh utama dalam gerakan protes Sudan terhadap pemerintahan al-Bashir sampai ia digulingkan.
"Ada keengganan di antara masyarakat umum Sudan atas partai-partai Islam di negara kami," katanya kepada VOA.
"Orang mengaitkan mereka dengan 30 tahun korupsi, penindasan dan penganiayaan politik di bawah rezim lama," tambah Gambo.
Bulan lalu, ribuan pendukung kelompok Islamis yang bersekutu dengan rezim al-Bashir, turun ke jalan guna menunjukkan dukungan bagi sebuah pemerintahan Islam yang didukung militer di Sudan. [ps/pp]