Selain memerangi kelompok militan di utara dan para penyabot minyak di selatan, pemerintah Nigeria mengatakan terus berupaya meningkatkan ekonomi negara itu melalui proyek-proyek yang dikelola dengan baik, termasuk membangun infrastruktur di negara itu.
Ewah Out Eleri, Direktur Eksekutif Badan Internasional untuk Energi, Lingkungan, dan Pembangunan, mengatakan, akses untuk mendapatkan listrik di kalangan kelompok miskin berkurang di Nigeria karena penduduk bertambah sementara jumlah sambungan listrik tetap sama.
“Semakin banyak warga Nigeria tidak punya akses untuk mendapatkan saluran listrik yang memungkinkan mereka menciptakan pendapatan dan mentas dari kemiskinan,” ujarnya.
Badan statistik Nigeria mengatakan kemiskinan bertambah dalam beberapa tahun terakhir, karena 61 persen penduduk hidup dalam “kemiskinan absolut,” kekurangan kebutuhan dasar, seperti pangan, papan, dan layanan kesehatan.
Eleri mengatakan kurangnya akses untuk mendapatkan listrik atau sumber energi alternatif lain merupakan masalah ekonomi dan sekaligus bencana kesehatan nasional. Kurangnya energi membuat banyak warga Nigeria masak dengan kayu api. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) mengatakan polusi dari pembakaran merupakan pembunuh terbesar ketiga di Nigeria, setelah malaria dan AIDS, menewaskan hampir 100.000 orang setahun.
Tetapi, Eleri mengatakan pemerintah dan para donor internasional tidak mengaitkan isu energi dengan masalah kesehatan. Ia mengatakan lebih dari separuh bantuan internasional yang diberikan kepada Nigeria dialokasikan bagi program-program kesehatan, sementara sektor energi hanya mendapat satu persen.
Sementara pemerintah berupaya melaksanakan rencana ambisius untuk melipatgandakan produksi listrik dalam beberapa tahun mendatang, Eleri mengatakan sangat sedikit dana disediakan bagi programlistrik masuk desa.
“Sumber-sumber ada, tetapi kurang kemauan politik. Saya rasa pemerintah kewalahan menghadapi masalah-masalah penting yang dihadapinya sekarang, seperti menyediakan layanan energi, memperluas jaringan listrik ke wilayah pedesaan, menggunakan energi non-listrik, berinvestasi dalam energi yang terbarukan yang begitu berlimpah saat ini di wilayah pedesaan itu, tetapi belum dieksploitasi,” paparnya lagi.
Nigeria, negara terpadat penduduknya di Afrika adalah pengekspor minyak terbesar di benua itu, tetapi banyak mengimpor minyak yang dibutuhkannya. Nigeria juga punya cadangan gas alam terbesar ketujuh di dunia, yang lebih banyak diekspor daripada digunakan sendiri. Para aktivis mengatakan dengan semua sumber energi yang ada di Nigeria, adalah tidak adil apabila separuh penduduk tidak mendapat listrik.
Ewah Out Eleri, Direktur Eksekutif Badan Internasional untuk Energi, Lingkungan, dan Pembangunan, mengatakan, akses untuk mendapatkan listrik di kalangan kelompok miskin berkurang di Nigeria karena penduduk bertambah sementara jumlah sambungan listrik tetap sama.
“Semakin banyak warga Nigeria tidak punya akses untuk mendapatkan saluran listrik yang memungkinkan mereka menciptakan pendapatan dan mentas dari kemiskinan,” ujarnya.
Badan statistik Nigeria mengatakan kemiskinan bertambah dalam beberapa tahun terakhir, karena 61 persen penduduk hidup dalam “kemiskinan absolut,” kekurangan kebutuhan dasar, seperti pangan, papan, dan layanan kesehatan.
Eleri mengatakan kurangnya akses untuk mendapatkan listrik atau sumber energi alternatif lain merupakan masalah ekonomi dan sekaligus bencana kesehatan nasional. Kurangnya energi membuat banyak warga Nigeria masak dengan kayu api. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) mengatakan polusi dari pembakaran merupakan pembunuh terbesar ketiga di Nigeria, setelah malaria dan AIDS, menewaskan hampir 100.000 orang setahun.
Tetapi, Eleri mengatakan pemerintah dan para donor internasional tidak mengaitkan isu energi dengan masalah kesehatan. Ia mengatakan lebih dari separuh bantuan internasional yang diberikan kepada Nigeria dialokasikan bagi program-program kesehatan, sementara sektor energi hanya mendapat satu persen.
Sementara pemerintah berupaya melaksanakan rencana ambisius untuk melipatgandakan produksi listrik dalam beberapa tahun mendatang, Eleri mengatakan sangat sedikit dana disediakan bagi programlistrik masuk desa.
“Sumber-sumber ada, tetapi kurang kemauan politik. Saya rasa pemerintah kewalahan menghadapi masalah-masalah penting yang dihadapinya sekarang, seperti menyediakan layanan energi, memperluas jaringan listrik ke wilayah pedesaan, menggunakan energi non-listrik, berinvestasi dalam energi yang terbarukan yang begitu berlimpah saat ini di wilayah pedesaan itu, tetapi belum dieksploitasi,” paparnya lagi.
Nigeria, negara terpadat penduduknya di Afrika adalah pengekspor minyak terbesar di benua itu, tetapi banyak mengimpor minyak yang dibutuhkannya. Nigeria juga punya cadangan gas alam terbesar ketujuh di dunia, yang lebih banyak diekspor daripada digunakan sendiri. Para aktivis mengatakan dengan semua sumber energi yang ada di Nigeria, adalah tidak adil apabila separuh penduduk tidak mendapat listrik.