Mabes Polri hingga kini masih mendalami jaringan teroris yang menyerang polisi di Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Sumatera Utara hari Minggu (25/6). Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian di komplek Istana kepresidenan Senin (26/6) mengatakan, dugaan sementara para pelaku ini terkait dengan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berhubungan langsung dengan Bahrun Naim seorang militan kelompok teroris IS (Islamic State - Negara Islam IraK Suriah) yang bermukim di Suriah.
"Kelompok JAD yang punya intens melakukan serangan di sana (Mapolda Sumut). Sebelumnya 2 minggu ada yang ditangkap Polda Sumut. Nah, ini (pelaku teroris penyerang Polda Sumut) adalah sisa selnya ini," papar Tito.
Tito Karnavian mengatakan, ia telah memerintahkan jajaran kepolisian untuk meningkatkan kewaspadaan, baik terhadap keamanan markas kepolisian, maupun terhadap keamanan pribadi anggota kepolisian.
"Saya sudah perintahkan semua jajaran kepolisian supaya mereka memperkuat keamanan masing-masing. Baik itu kesatuan, maupun pribadi," imbuhnya.
Kapolda Sumatera Utara Irjen Rycko Amelza Dahniel menyatakan, hingga saat ini polisi sudah menangkap 7 terduga teroris dalam kasus ini. Rycko mengungkapkan, pihaknya belum bisa membuka identitasnya para terduga teroris itu, karena masih dalam proses pendalaman dan pengembangan kasus. Ia menambahkan, aksi teror yang dilakukan memang membidik polisi, sehingga pihanya juga terus bersiaga dan melakukan pengamanan.
"Kita sudah tangkap yang diduga sebagai terduga. Mereka diduga bagian dari jaringan itu (JAD). Kemudian kita juga lakukan penyitaan dan penggeledahan," ujar Rycko.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan Bahrun Naim, beberapa waktu lalu pernah menginstruksikan kepada kelompok teroris di Indonesia agar melakukan aksi teror khususnya kepada aparat polisi.
"Ada himbauan dari Barun Naim agar mereka melakuvan amaliah (aksi teror) apapun yang dimiliki. Kalau dia nda punya bom, pakailah senjata apa saja. Nah itulah yang terjadi di Medan," kata Setyo.
Dari penyelidikan kepolisian, pelaku teror Medan ini juga terkait dengan peristiwa bom bunuh diri di kampung Melayu Jakarta pertengahan Mei lalu. Pada awal Juni 2017, tim Detasemen Khusus Antiteror 88 menangkap tiga orang yang diduga merencanakan pengeboman di Medan. Mereka adalah, RA alias Abu Fatin bin Nasril (32 tahun). Pria kelahiran Medan ini ditangkap Selasa (6/6) di Medan. Polisi menduga RA termasuk anggota kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah Medan. Dia diduga bergabung dengan kelompok itu dan merencanakan aksi teror dengan mensurvei Markas Komando Brigade Mobil Sumatera Utara. RA juga diduga menerima donasi untuk penggalangan dana dengan nama kegiatan Baitul Mal. Dia menggunakan rekening BCA atas nama Ahmad Sukri, pelaku bom bunuh diri Kampung Melayu, Jakarta.
Lalu, AAG alias Abu Yaqub (47 tahun). Dia bekerja sebagai pelatih bela diri, ditangkap bersamaan dengan RA. Dia juga diduga anggota kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah Medan dan diduga merencanakan aksi teror dengan mensurvei Markas Komando Brimob Sumatera Utara.
Kemudian, J alias Abu Ilham bin M. Daud (41 tahun). Dia ditangkap di Medan Selasa (6/6) Juni 2017. Pria yang bekerja sebagai wiraswasta ini juga diduga anggota kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah Medan dan diduga merencanakan aksi teror dengan mensurvei Markas Komando Brimob Sumatera Utara.
Peristiwa penyerangan ke Polda Sumut terjadi pada Minggu (25/6) sekitar jam 03.00 WIB, dengan cara dua pelaku melompati pagar. Dua teroris itu langsung menyerang anggota di dalam pos yang tengah istirahat. Teroris itu menikam leher, dada, dan tangan Aiptu Martua Sigalingging hingga anggota tersebut meninggal dunia.
Selanjutnya anggota yang lain, Brigadir RB Ginting mencari bantuan ke anggota Brimob. Anggota Brimob lalu mengambil tindakan dengan menembak pelaku, satu tewas dan satu lagi kritis. [aw/al]