Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Tito Karnavian mengecam aksi terorisme yang masih terjadi di Surabaya dan Sidoarjo, pasca serangan bom bunuh diri di 3 gereja di Surabaya.
Serangan bom bunuh diri terjadi di Markas Polrestabes Surabaya, di Jalan Sikatan, Surabaya, Senin (14/5), dilakukan lima orang yang mengendarai duasepeda motor.
Dari lima pelaku, empat orang dinyatakan meninggal dunia, satu orang selamat, yaitu anak perempuan berusia sekitar delapan tahun. Pelaku bom bunuh diri sepeda motor di Maporestabes Surabaya merupakan satu jaringan dengan kelompok bom bunuh diri tiga gereja, serta kelompok yang bomnya meledak di Rusunawa di Sidoarjo.
“Empat orang meninggal, tapi anak tadi terlempar, terlempar masih selamat. Korban dari anggota kepolisian yang jaga hingga saat ini belum ada, tidak ada yang meninggal dunia tapi ada yang terluka,” kata Tito.
“Yang jelas kelompok ini, yang di depan Polrestabes bagian dari kelompok yang sama dengan kelompok Dita. Kalau ditanya mengapa aksinya di Surabaya, ya karena memang mereka menguasai daerah ini, sel ini. Kenapa mereka melakukan aksi ini karena salah satu pimpinan mereka di Jawa Timur ditangkap, disamping Ustadz Amman dan instruksi dari ISIS central di Suriah,” papar Tito.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan memanfaatkan anak-anak sebagai pelaku bom bunuh diri di Surabaya, adalah yang pertama di Indonesia. Namun, penggunaan anak-anak untuk bom bunuh diri sudah dilakukan di Suriah. Fakta ini kata Tito, merupakan fenomena yang memprihatinkan generasi muda bangsa Indonesia.
“Demikian juga fenomena menggunakan anak-anak, ini baru pertama kali di Indonesia, anak umur 9 sampai 12 tahun, dilengkapi dengan bom pinggang dan kemudian melakukan bunuh diri. Tetapi di Syria di ISIS, ini mereka sudah melakukan, sudah beberapa kali mereka melakukan di Syria dan Irak menggunakan anak-anak,” ujar Tito.
“Memprihatinkan saya kira bagi kita perkembangan-perkembangan seperti ini, dan ini tidak terkait, saya ulangi tidak terkait dengan agama apapun, tapi ini terkait dengan jaringan,” kata Tito.
Kapolda Jawa Timur, Irjen Polisi Machmud Arifin menyatakan pelaku bom bunuh diri di 3 gereja, rusunawa di Sidoarjo, serta serangan di Mapolrestabes Surabaya, dilakukan oleh satu keluarga yang tercatat di satu kartu keluarga.
“Semuanya satu keluarga, satu kartu KK. Jumlahnya tadi disampaikan pak Kapolri, yang meninggal tiga orang, bapak, ibu dan anak. Kemudian yang selamat ada tiga, jadi KK-nya sama enam sama enam,” kata Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol. Machfud Arifin.
“Surabaya kejadian di tiga TKP itu enam. Satu keluarga, satu KK. Di Sidoarjo yang di rusunawa jumlah KK-nya enam. Berangkat yang pagi hari ini, satu KK juga, asal Surabaya. Korban satu KK isinya lima, lima-limanya berangkat, dua motor, satu yang kecil, paling kecil berada di depan terlempar, selamat,” kata Mafchfud menambahkan.
Dari tiga kasus peledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo, 13 orang pelaku dinyatakan meninggal dunia, dan 3 orang anak masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Selain itu Densus 88 Anti Teror Mabes Polri juga melakukan penangkapan dan penindakan, kepada terduga teroris sejak Minggu (14/5) malam hingga Senin siang. Petugas menangkap 9 orang terduga teroris hidup-hidup, yaitu 4 diantaranya ditembak mati karena melawan petugas, dimana 3 orang ditangkap, diringkus di sekitar Jembatan Merah di Jalan Rajawali, Surabaya.
Sementara itu, peristiwa serangan bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya, Senin pagi, dirasakan getaran dan suaranya oleh masyarakatdi sekitar Mapolrestabes Surabaya, Jalan Sikatan, Kepanjen, Gatotan, dan Veteran.
Januari Benedictus, seorang saksi mata menuturkan, ledakan bom terdengar sampai radius 200 meter, di Jalan Gatotan tempat dia bekerja. Bahkan, Januari sempat menyaksikan pengejaran yang dilakukan polisi sambil membawa senjata api laras panjang.
“Setelah bom meledak itu, saya sempat ke perempatan depan Polrestabes, selang beberapa menit itu ada beberapa polisi yang mengejar laras panjang mengejar, kurang tahu mengejar apa. Sampai situ saya kembali ke sekolah. Kalau sebelumnya terdengar sampai lima kali, kalau saya dengarnya posisi dalam ruangan terdengar sekali tapi keras,” kata Januari.
Teror bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, pada Minggu kemarin, membuat Pemkot Surabaya mengeluarkan surat edaran untuk sekolah-sekolah diliburkan.
Anang Waluyo, guru SDK St. Aloysius Surabaya, membenarkan sekolahnya meliburkan murid-murid pada hari Senin. Pasca kejadian di Mapolrestabes Surabaya, Anang mengaku masih belum mengetahui keputusan sekolahnya, untuk memasukkan para siswa pada Selasa besok, atau tetap diliburkan.
“Dari pemerintah kota sendiri, dan dari dinas itu memerintahkan untuk hari ini, itu sekolah bisa diliburkan, sehingga kami pada akhirnya memutuskan untuk meliburkan siswa, tapi guru-guru tetap aktif. Jadi tidak ada terkait dengan kejadian di Mapolrestabes,” kata Anang Waluyo.
“Hanya memang keputusan yang kami ambil, ternyata melihat kejadian di Mapolrestabes ini, kami jadi ikut beruntung juga karena kami dalam posisi aman, tetapi anak-anak, siswa kami kebetulan juga libur, sehingga tidak terlalu berdampak pada siswa kami,” ujar Anang. [pr/as]