ABUJA, NIGERIA —
Simpatisan dan para ibu dari 250 siswi yang diculik di Nigeria menuntut agar pemerintah berbuat lebih banyak dalam upaya penyelamatan mereka.
Ratusan orangtua murid berunjuk rasa hari Kamis (1/5) di luar kediaman seorang pejabat polisi di negara bagian Borno di mana tersangka militan Boko Haram menculik 250 siswi dari sekolah mereka di bawah todongan senjata dua pekan lalu.
Protes itu adalah yang kedua dalam beberapa hari ini di mana para orangtua yang frustrasi dan aktivis menuntut pemerintah agar bergerak lebih cepat untuk menyelesaikan krisis itu.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika, Marie Harf, mengatakan Washington siap membantu Nigeria untuk membawa pulang para anak-anak perempuan yang diculik itu.
Presiden Nigeria Goodluck Jonathan mengadakan pertemuan tertutup mengenai kasus penculikan tersebut dengan para senator negara itu minggu ini, tetapi rincian hasil pembicaraan itu sejauh ini belum diumumkan.
Belasan gadis telah menyelamatkan diri tapi setidaknya 180 lainnya masih hilang. Keluarga mereka berkumpul di sekolah di Chibok hari Kamis (1/5) untuk memrotes apa yang mereka katakan sebagai tidak adanya tindakan oleh pihak berwenang dan pasukan keamanan.
Isak tangis perempuan terdengar melalui saluran telepon ketika VOA berbicara kepada keluarga para gadis yang diculik di Chibok hari Kamis.
"Tidak ada yang memedulikannya dan kini kami menangis. Kami menangis agar seluruh dunia membantu kami," isak seorang ayah.
Puterinya masih hilang. Dia dan kerabat lainnya – ratusan jumlahnya, kata mereka - berkumpul di lapangan SMP putri yang telah terbakar di Chibok.
Seorang laki-laki bernama Aba mengatakan adiknya termasuk di antara 275 anak perempuan yang diculik dari sekolah itu pada tanggal 14 April.
Dia mengatakan ingin pemerintah federal atau militer datang dan berbicara dengan keluarga para korban.
"Saya bersumpah mereka tidak pernah menyapa siapa pun. Mereka tidak pernah datang kecuali gubernur yang datang sendiri dan meminta orang tua untuk bersabar dan bahwa anak-anak mereka akan segera kembali. Pasukan keamanan tidak melakukan apa-apa. Mereka hanya duduk di satu tempat dan melipat tangan mereka tanpa melakukan atau berkata apa-apa," ujarnya.
Meskipun militer telah menyerang Boko Haram selama setahun, pasukan keamanan Nigeria tidak mampu menghentikan kekerasan yang terjadi hampir setiap hari di timur laut.
Para kerabat gadis-gadis itu mengatakan pemerintah harus meminta bantuan internasional, sesuatu yang enggan dilakukan para pejabat.
Penderitaan gadis-gadis Chibok telah menjadi isu nasional. Ratusan demonstran berdemonstrasi di tengah hujan hari Rabu (30/4) di Abuja untuk menuntut agar pemerintah mengambil “tindakan yang lebih konkret dan nyata” untuk menyelamatkan gadis-gadis Chibok.
" ... Pulangkan gadis-gadis kami hidup-hidup. Yang kami minta adalah kembalikan anak-anak kami ...," tuntut para keluarga itu.
Gadis-gadis itu diyakini telah dibagi di antara beberapa kamp militan di hutan Sambisa dekat perbatasan dengan Kamerun dan Chad. Seorang agen intelijen Nigeria di negara bagian Borno mengatakan kepada VOA bahwa pihak berwenang sedang berupaya menentukan anak-anak gadis itu berada di kamp-kamp yang mana.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas penculikan itu, namun tuduhan diarahkan kepada Boko Haram yang pemberontakannya selama lima tahun di timur laut telah menewaskan ribuan orang. Sekte Islamis militan itu diketahui kerap menculik perempuan muda untuk digunakan sebagai pembantu, mata-mata dan apa yang dikatakan sebagai "isteri."
Ratusan orangtua murid berunjuk rasa hari Kamis (1/5) di luar kediaman seorang pejabat polisi di negara bagian Borno di mana tersangka militan Boko Haram menculik 250 siswi dari sekolah mereka di bawah todongan senjata dua pekan lalu.
Protes itu adalah yang kedua dalam beberapa hari ini di mana para orangtua yang frustrasi dan aktivis menuntut pemerintah agar bergerak lebih cepat untuk menyelesaikan krisis itu.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika, Marie Harf, mengatakan Washington siap membantu Nigeria untuk membawa pulang para anak-anak perempuan yang diculik itu.
Presiden Nigeria Goodluck Jonathan mengadakan pertemuan tertutup mengenai kasus penculikan tersebut dengan para senator negara itu minggu ini, tetapi rincian hasil pembicaraan itu sejauh ini belum diumumkan.
Belasan gadis telah menyelamatkan diri tapi setidaknya 180 lainnya masih hilang. Keluarga mereka berkumpul di sekolah di Chibok hari Kamis (1/5) untuk memrotes apa yang mereka katakan sebagai tidak adanya tindakan oleh pihak berwenang dan pasukan keamanan.
Isak tangis perempuan terdengar melalui saluran telepon ketika VOA berbicara kepada keluarga para gadis yang diculik di Chibok hari Kamis.
"Tidak ada yang memedulikannya dan kini kami menangis. Kami menangis agar seluruh dunia membantu kami," isak seorang ayah.
Puterinya masih hilang. Dia dan kerabat lainnya – ratusan jumlahnya, kata mereka - berkumpul di lapangan SMP putri yang telah terbakar di Chibok.
Seorang laki-laki bernama Aba mengatakan adiknya termasuk di antara 275 anak perempuan yang diculik dari sekolah itu pada tanggal 14 April.
Dia mengatakan ingin pemerintah federal atau militer datang dan berbicara dengan keluarga para korban.
"Saya bersumpah mereka tidak pernah menyapa siapa pun. Mereka tidak pernah datang kecuali gubernur yang datang sendiri dan meminta orang tua untuk bersabar dan bahwa anak-anak mereka akan segera kembali. Pasukan keamanan tidak melakukan apa-apa. Mereka hanya duduk di satu tempat dan melipat tangan mereka tanpa melakukan atau berkata apa-apa," ujarnya.
Meskipun militer telah menyerang Boko Haram selama setahun, pasukan keamanan Nigeria tidak mampu menghentikan kekerasan yang terjadi hampir setiap hari di timur laut.
Para kerabat gadis-gadis itu mengatakan pemerintah harus meminta bantuan internasional, sesuatu yang enggan dilakukan para pejabat.
Penderitaan gadis-gadis Chibok telah menjadi isu nasional. Ratusan demonstran berdemonstrasi di tengah hujan hari Rabu (30/4) di Abuja untuk menuntut agar pemerintah mengambil “tindakan yang lebih konkret dan nyata” untuk menyelamatkan gadis-gadis Chibok.
" ... Pulangkan gadis-gadis kami hidup-hidup. Yang kami minta adalah kembalikan anak-anak kami ...," tuntut para keluarga itu.
Gadis-gadis itu diyakini telah dibagi di antara beberapa kamp militan di hutan Sambisa dekat perbatasan dengan Kamerun dan Chad. Seorang agen intelijen Nigeria di negara bagian Borno mengatakan kepada VOA bahwa pihak berwenang sedang berupaya menentukan anak-anak gadis itu berada di kamp-kamp yang mana.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas penculikan itu, namun tuduhan diarahkan kepada Boko Haram yang pemberontakannya selama lima tahun di timur laut telah menewaskan ribuan orang. Sekte Islamis militan itu diketahui kerap menculik perempuan muda untuk digunakan sebagai pembantu, mata-mata dan apa yang dikatakan sebagai "isteri."