Tautan-tautan Akses

Keluarga Sandera Tuntut Pemerintah Israel Berunding Serius dengan Hamas


Kerabat dan pendukung para sandera Israel yang ditahan di Jalur Gaza melakukan aksi unjuk rasa untuk menyerukan pembebasan mereka di luar kediaman PM Benjamin Netanyahu, di Yerusalem.
Kerabat dan pendukung para sandera Israel yang ditahan di Jalur Gaza melakukan aksi unjuk rasa untuk menyerukan pembebasan mereka di luar kediaman PM Benjamin Netanyahu, di Yerusalem.

Keluarga sejumlah sandera Israel mendesak pemerintahan Netanyahu untuk berunding serius dengan kelompok Palestina Hamas guna membebaskan para sandera. 

Pejabat-pejabat Israel mengatakan Hamas masih menawan 136 warga dan sebagian keluarga sandera itu kini berada di Amerika untuk meningkatkan kesadaran tentang isu yang dikhawatirkan akan pupus seiring berakhirnya gencatan senjata November lalu.

Keluarga sejumlah sandera Israel datang ke sinagog di negara bagian Washington untuk meningkatkan kesadaran publik tentang nasib orang-orang yang mereka cintai dan hingga kini masih ditawan oleh Hamas.

Harel Sharabi yang berusia 16 tahun melakukan perjalanan dengan ayahnya, yang masih sangat berduka dengan kematian abang Harel, Yossi Sharabi, yang meninggal dalam tahanan Hamas. Ia berharap pamannya, Eli, yang juga disandera, dapat bertahan hidup.

“Saya merasa misi kami belum selesai. Kami harus membawa pulang Eli dan juga jenazah Yossi agar dapat dimakamkan. Kami tidak bisa melakukan upacara pemakaman karena belum ada jenazahnya,” ujarnya.

Saudara kembar Romi Cohen, Nimrod Cohen, juga diculik. Ia khawatir orang-orang akan mulai melupakan mereka yang diculik dalam serangan Hamas ke bagian selatan Israel pada 7 Oktober lalu.

“Publik tidak banyak bicara tentang nasib para sandera ini, sebagian bahkan sudah lupa. Maksud saya, mereka sudah disandera selama 3,5 bulan. Bagian sebagian orang, ini seperti berita lama. Tetapi kami merasakan kehilangan ini setiap hari, setiap detik.”

Romi dan ayahnya, Yehuda Cohen mengatakan, di luar Israel, keluarga para sandera ini mendapat dukungan dan sekaligus menjadi sasaran kebencian, tetapi tidak cukup banyak tindakan diambil.

“Pemerintah Israel lebih fokus pada pertempuran, tetapi setelah 107 hari mereka tidak kunjung membawa pulang orang-orang yang kami cintai dalam kondisi selamat,” kata Yehuda.

Lebih dari 250 orang disandera Hamas sejak tanggal 7 Oktober lalu. Sebagian telah dibebaskan dengan mediasi Qatar dan Amerika, tetapi hingga laporan ini disampaikan masih ada 136 orang yang disandera. Namun belum ada satu pun sandera yang dibebaskan lagi sejak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan niatnya untuk melanjutkan perang di Gaza untuk menghancurkan Hamas.

"Sebagai imbalan atas pembebasan sandera kami, Hamas menuntut diakhirinya perang, penarikan pasukan kami dari Gaza, pembebasan semua pembunuh dan pemerkosa Nukhba (unit Hamas), dan membiarkan Hamas tetap utuh. Jika kami menyetujui hal ini, para pejuang kami gugur dengan sia-sia."

Sejumlah keluarga sandera melobi anggota-anggota Kongres di Washington DC minggu lalu dengan harapan dapat memberi tekanan politik lebih besar untuk membebaskan para sandera ini.

Dukungan pada Hamas di Tepi Barat Melesat

Dalam perkembangan lainnya, dukungan bagi Hamas di Tepi Barat telah naik dari 12% sebelum 7 Oktober lalu, menjadi 42% pada bulan Desember ini. Angka ini diketahui dari survei Palestinian Center for Policy and Survey Research, suatu lembaga yang kerap mempublikasikan hasil jajak pendapat untuk menunjukkan berkurangnya dukungan pada Otoritas Palestina dan kerap memicu kecaman dari para pemimpin Palestina.

Lior Betzalel Sternfeld, analis dan warga Tepi Barat yang kini studi Timur Tengah dan Dunia Muslim di Pennsylvania State University, mengatakan besarnya dukungan bagi Hamas ini sebagian besar karena fakta bhawa untuk pertama kalinya ada pergantian dalam status quo.

Otoritas Palestina Dinilai Terlalu Lamban, Banyak Warga Dukung Perjuangan Bersenjata Lawan Israel

Banyak orang Palestina mengatakan Otoritas Palestina – yang dibentuk pada tahun 1994 di bawah Perjanjian Oslo dan sekarang mengelola sebagian besar wilayah Tepi Barat – telah gagal menyelesaikan konflik dan justru menjadi semakin otokratis. Jajak pendapat yang sama mengatakan bahwa 90% warga Tepi Barat sekarang berpikir bahwa presidennya, Mahmoud Abbas, seharusnya mengundurkan diri.

Ashraf, seorang warga Tepi Barat yang tidak mau menyebutkan namanya mengatakan kepada VOA bahwa ia adalah pendukung Otoritas Palestina. Tetapi ia mengatakan para pemimpin Palestina seharusnya bisa berbuat lebih banyak karena ia, sebagaimana warga Palestina lainnya, berharap perang di Gaza segera berakhir, dan mereka dapat mengadakan pemilihan umum untuk mengganti kepemimpinan. Dia mengatakan Otoritas Palestina memiliki orang-orang yang baik, tetapi mereka tidak secara aktif memerangi pendudukan Israel.

Jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa banyak orang sekarang lebih memilih Hamas – yang dokumen pendiriannya pernah menyerukan penghancuran Israel – dan pendekatannya yang lebih militan dalam menyelesaikan konflik, dibanding Otoritas Palestina yang langkah-langkahnya dinilai lamban.

Survei tersebut mendapati bahwa sejak 7 Oktober, 70% warga Palestina di Tepi Barat yang disurvei mengatakan mereka sekarang mendukung perjuangan bersenjata melawan Israel. [em/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG