Keluarga seorang dokter Amerika yang meninggal saat ditahan di Suriah, pada Senin (18/12) mengajukan gugatan hukum terhadap pemerintah Suriah, menuduh pemerintah Suriah telah menyebabkan kematian yang tidak semestinya dan pemenjaraan yang keliru.
Majd Kamalmaz, seorang psikoterapis Amerika kelahiran Suriah, sedang merawat para pengungsi dari Suriah yang dilanda perang pada saat diculik. Para pejabat AS mengatakan bahwa ia terakhir kali terlihat pada tahun 2017 di sebuah pos pemeriksaan yang dijaga oleh pasukan yang setia kepada pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad di Damaskus, di mana ia mengunjungi seorang anggota keluarganya.
Keluarganya mendapat konfirmasi resmi tentang kematiannya dari pemerintah AS pada bulan Mei. "Hari ini, atas nama keluarga Kamalmaz, kami telah mengambil langkah pertama untuk meminta pertanggungjawaban rezim Suriah atas kejahatannya terhadap Majd Kamalmaz yang berujung pada pembunuhannya," ujar Kirby Behre, seorang pengacara yang mewakili keluarga Kamalmaz, dalam sebuah pernyataan pada hari Senin.
Gugatan tersebut diajukan ke Pengadilan Distrik AS di Washington, berdasarkan pengecualian "aksi terorisme yang disponsori negara" pada Undang-Undang Kekebalan di negara asing yang Berdaulat. Gugatan tersebut meminta ganti rugi atas kematian yang tidak wajar, penyerangan dan pemukulan, tekanan emosional yang disengaja, dan pemenjaraan yang tidak benar.
Para penggugat juga menuntut ganti rugi, sehingga total tuntutan mencapai setidaknya $70 juta, menurut pengaduan pengadilan setebal 19 halaman.
Maryam Kamalmaz, putri Majd Kamalmaz dan salah satu penggugat dalam gugatan tersebut, mengatakan bahwa ia berharap tindakan hukum ini akan membantu meningkatkan kesadaran akan kasus-kasus lain yang serupa dengan kasus ayahnya.
"Ada ratusan ribu warga Suriah yang mengalami hal ini," katanya kepada VOA dalam sebuah wawancara telepon. "Saya hanya berharap hal ini dapat meningkatkan kesadaran tentang orang-orang yang terbunuh di tangan pemerintah Suriah. Orang-orang yang tidak bersalah itu tidak pernah diadili.Mereka disiksa dan dibunuh tanpa alasan." Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak awal konflik Suriah pada tahun 2011, lebih dari 350.000 warga sipil telah terbunuh dan lebih dari 13,5 juta orang mengungsi di dalam dan luar negeri.
Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB untuk Republik Arab Suriah
dalam sebuah laporan pada awal Juli mengatakan bahwa 155.000 warga Suriah telah ditahan atau dihilangkan secara paksa sejak 2011. Kelompok-kelompok hak asasi manusia menyalahkan rezim Suriah atas sebagian besar kasus tersebut.
"Kami mendukung keluarga Majd dan keluarga semua orang yang hilang atau ditahan secara tidak adil di Suriah dalam upaya mereka untuk mendapatkan pertanggungjawaban," ujar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah pernyataan pada bulan Juni.
"Bahkan ketika kita mengenang Majd hari ini, kami akan terus berjuang untuk semua orang Amerika yang disandera atau ditahan secara tidak adil di luar negeri," katanya.
Kamalmaz adalah salah satu dari beberapa warga Amerika yang hilang di Suriah, termasuk jurnalis Austin Tice, yang hilang pada tahun 2012 di sebuah pos pemeriksaan di dekat Damaskus. Pemerintah Suriah membantah telah menculik atau menahan warga Amerika di wilayahnya.
"Kami tidak akan berhenti pada pengajuan kasus perdata," kata Mouaz Moustafa, direktur eksekutif Satuan Tugas Darurat Suriah, sebuah kelompok advokasi yang berbasis di Washington. "Perlu ada investigasi kriminal dan kasus pidana terhadap rezim Assad atas penyiksaan dan pembunuhan Majd Kamalmaz," katanya kepada VOA.
Ia mengatakan kelompoknya siap bekerja sama dengan lembaga-lembaga pemerintah AS untuk menyediakan dokumentasi, pernyataan saksi dan bukti-bukti untuk mendukung kasus pidana terhadap pejabat pemerintah Suriah. Ia juga mengatakan bahwa keluarga Kamalmaz "berharap pemerintah AS akan mengajukan tuntutan pidana terhadap Suriah."
Pekan lalu, pihak berwenang AS mengumumkan penangkapan seorang mantan pejabat militer Suriah yang mengawasi sebuah penjara di mana dugaan penyiksaan dan penganiayaan terjadi secara rutin.
Samir Ousman al-Sheikh ditahan di Bandara Internasional Los Angeles, menurut Departemen Keamanan Dalam Negeri AS.
Moustafa mengatakan bahwa organisasinya telah memberi tahu beberapa agen federal tentang al-Sheikh dan bekerja sama dengan mereka untuk membangun sebuah kasus yang memberatkannya.
Sebagai seorang pekerja kemanusiaan, Maryam Kamalmaz mengatakan bahwa ayahnya telah mendedikasikan hidupnya untuk membantu mereka yang membutuhkan. Dia telah bekerja dengan para penyintas Badai Katrina 2005, korban Tsunami 2004 di Indonesia, dan genosida Bosnia di tahun 1990-an."Ayah saya memiliki rasa kemanusiaan yang peduli pada semua orang dan menginginkan yang terbaik untuk semua orang," katanya.
"Sangat sulit tanpa kehadirannya dan kemtiannya dengan cara seperti ini merupakan sebuah kehilangan besar". [my/jm]
Forum