Perusahaan Taiwan, Foxconn Technology Group, pembuat komponen elektronik terbesar di dunia, belum menarik rencananya untuk berinvestasi dalam sebuah pabrik di Indonesia, menurut seorang pejabat Kementerian Industri, Selasa (1/9).
Pernyataan tersebut muncul menyusul laporan harian bisnis Kontan, yang mengutip ketua Kamar Dagang dan Industri, Suryo Bambang Sulisto bahwa pemasok Apple Inc itu telah membatalkan rencana investasinya karena masalah lahan yang tidak dijelaskan secara rinci.
I Gusti Putu Suryawirawan, direktur jenderal untuk industri logam, mesin, peralatan transportasi dan elektronik, menyangkal laporan tersebut namun tidak menjelaskan lebih jauh ketika ditanya wartawan, Selasa (1/9).
Suryo tidak menanggapi panggilan telepon yang meminta komentar.
Foxconn juga menolak berkomentar selain mengatakan: "Seperti yang telah kami nyatakan beberapa kali, Foxconn akan mempertimbangkan investasi-investasi di Indonesia atau pasar lainnya hanya jika secara komersial masuk akal."
"Kami akan mencari peluang investasi di Indoensia seperti yang kami lakukan di sejumlah pasar lain, dan kami akan memberikan kabar terbaru hanya jika perusahaan memiliki sesuatu diumumkan terkait rencana-rencana investasi."
Foxconn, yang terdaftar di bursa sebagai Hon Hai Precision Industry Co Ltd, mengatakan tahun lalu perusahaan itu mungkin berinvestasi US$1 miliar di Indonesia.
Foxconn, yang merakit produk-produk untuk pembuat telepon global, merupakan salah satu dari perusahaan yang kemungkinan akan terimbas aturan baru yang akan diberlakukan tahun 2017. Aturan itu mewajibkan peraturan-peraturan yang menjual ponsel pintar dan tablet di Indonesia untuk memproduksi 40 persen dari kontennya secara lokal.
Para pejabat pemerintah sebelumnya mengatakan konten lokal harus mencapai 40 persen, namun di situsnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika mengatakan hanya 30 persen. Tidak jelas mengapa persentase itu berubah.
Para pengkritik mengatakan aturan tersebut, bagian dari inisiatif Presiden Joko Widodo untuk mengubah Indonesia dari negara yang mengkonsumsi produk menjadi negara yang memproduksinya, dapat meningkatkan biaya dan membatasi akses terhadap teknologi.
Foxconn sebelumnya berencana untuk berinvestasi dalam perangkat keras seperti telepon, tablet dan televisi, juga layanan-layanan telekomunikasi di Indonesia, menurut juru bicaranya kepada Reuters tahun lalu.
Perusahaan itu berharap mendapatkan pangsa pasar domestik di negara ini dan menggunakannya sebagai basis ekspor ke seluruh Asia Tenggara. Namun pembicaraan dengan pihak berwenang telah tersendat sebagian karena pemerintah enggan menerima permintaan Foxconn untuk lahan gratis, menurut para sumber.
Bulan lalu, Foxconn bermitra dengan Xiaomi dari China untuk merakit telepon di India.