Laporan Kementerian Pertanian AS (USDA) menunjukkan produksi kopi di Indonesia, salah satu dari lima produsen kopi terbesar di dunia, diperkirakan akan meningkat tajam pada tahun 2024-2025 (bulan April-Maret), dibandingkan pada tahun 2023-2024, yang hasil panennya buruk.
USDA memproyeksikan hasil panen kopi baru di Indonesia akan mencapai 10,9 juta kantong seberat 60 kg. Pada tahun 2023-2024, revisi produksi turun menjadi hanya 7,65 juta kantong, yang merupakan hasil panen terendah dalam setidaknya enam tahun terakhir, akibat pola cuaca El Nino yang berdampak negatif pada perkebunan kopi.
Sebagian besar kopi yang diproduksi di Indonesia adalah jenis robusta, yang banyak digunakan untuk membuat kopi instan.
Kekeringan yang disebabkan oleh fenomena El Nino pada musim lalu juga berdampak pada produksi robusta di Vietnam, dan membuat harga kopi jenis itu mencapai level tertinggi sepanjang masa di pasar global.
USDA memperkirakan akan ada pemulihan hasil panen di perkebunan-perkebunan kopi robusta di Indonesia, dan juga hasil panen yang baik di wilayah-wilayah yang membudidayakan kopi arabika, varietas yang memiliki cita rasa yang lebih ringan.
Meski demikian, USDA menyatakan panen kopi di Indonesia kemungkinan besar akan tertunda karena tanaman tersebut membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dari kekeringan pada musim lalu. USDA memperkirakan panen akan dimulai bulan Mei ini atau Juni, bukan bulan Maret atau April seperti biasanya.
Ekspor kopi hijau diproyeksikan mencapai 6 juta kantong pada tahun 2024-2025, lebih tinggi dibandingkan panen sebelumnya sebesar 4,28 juta. [br/jm]
Forum