KAIRO —
Presiden Suriah Bashar al-Assad telah memperingatkan bahwa aksi militer Amerika terhadap negaranya akan mengobarkan perang regional.
Satu hal yang cacat dalam ancaman itu adalah bahwa dalam banyak hal, konflik Suriah sebenarnya sudah demikian.
Profesor Christian Donath, dari Universitas Amerika di Kairo, mengatakan kekuatan regional – mulai dari lawan-lawan Assad seperti Arab Saudi sampai para pendukungnya seperti Iran – menggunakan perang di Suriah sebagai ajang melawan musuh masing-masing.
“Arab Saudi telah melihat Suriah sebagai kesempatan untuk mendorong mundur Iran, dan Iran melihat pemberontakan terhadap rezim Assad mengancam koridor mereka ke Lebanon untuk dukungan mereka bagi Hizbullah. Saya kira rakyat Irak juga agak terbelah ke dua arah yang berbeda, berusaha mendukung rezim Assad sementara para pejuang Sunni dari Irak melintasi perbatasan untuk ikut memerangi Assad,”kata Profesor Christian Donath.
Semua pemain ini kini memperhitungkan tujuan setiap serangan Amerika: dari tindakan penghukuman atas tuduhan penggunaan senjata kimia, sampai upaya perubahan rezim.
Mustafa Labbad adalah direktur Pusat Studi Regional dan Strategis AL Sharq.
“Saya kira Iran akan berhati-hati melihat seberapa jauh Amerika akan menghantam Bashar al Assad dan kemudian akhirnya memutuskan tentang pembalasan. Iran punya Hizbullah di Lebanon untuk melakukan pembalasan tidak langsung. Tetapi dalam kasus ini Israel akan terlibat. Jika Israel terlibat, Iran akan terlibat dan mungkin Israel akan melancarkan serangan udara terhadap Iran,”kata Mustafa Labbad.
Kekhawatiran Israel atas Iran berakar terutama dari program nuklir Teheran, bukan perang di Suriah. Tetapi Profesor Donath mengatakan serangan Amerika bisa memberikan perlindungan pada Israel.
Analis politik Labbad menunjuk pada diplomasi di balik layar antara Iran dan Amerika melalui Sultan Oman, untuk meyakinkan Iran bahwa setiap serangan tidak bertujuan untuk menggulingkan Assad.
“Jika kita perhatikan, kita bisa melihat kesepakatan antara Arab Saudi dan Amerika untuk melakukan sesuatu terhadap Bashar al-Assad. Jauh di dalam kita akan melihat perjanjian Amerika-Iran tentang tiadanya niat Amerika untuk menggulingkan Bashar al Assad,” papar Labbad.
Labbad berpendapat bahwa meskipun terjadi ketidakpastian, kekuatan-kekuatan regional mengkalkulasi tanggapan masing-masing, untuk sementara, mengenai serangan udara terbatas Amerika. Jika tidak, katanya, semua taruhan dibatalkan dan kemungkinan terjadinya kekacauan regional semakin besar.
Satu hal yang cacat dalam ancaman itu adalah bahwa dalam banyak hal, konflik Suriah sebenarnya sudah demikian.
Profesor Christian Donath, dari Universitas Amerika di Kairo, mengatakan kekuatan regional – mulai dari lawan-lawan Assad seperti Arab Saudi sampai para pendukungnya seperti Iran – menggunakan perang di Suriah sebagai ajang melawan musuh masing-masing.
“Arab Saudi telah melihat Suriah sebagai kesempatan untuk mendorong mundur Iran, dan Iran melihat pemberontakan terhadap rezim Assad mengancam koridor mereka ke Lebanon untuk dukungan mereka bagi Hizbullah. Saya kira rakyat Irak juga agak terbelah ke dua arah yang berbeda, berusaha mendukung rezim Assad sementara para pejuang Sunni dari Irak melintasi perbatasan untuk ikut memerangi Assad,”kata Profesor Christian Donath.
Semua pemain ini kini memperhitungkan tujuan setiap serangan Amerika: dari tindakan penghukuman atas tuduhan penggunaan senjata kimia, sampai upaya perubahan rezim.
Mustafa Labbad adalah direktur Pusat Studi Regional dan Strategis AL Sharq.
“Saya kira Iran akan berhati-hati melihat seberapa jauh Amerika akan menghantam Bashar al Assad dan kemudian akhirnya memutuskan tentang pembalasan. Iran punya Hizbullah di Lebanon untuk melakukan pembalasan tidak langsung. Tetapi dalam kasus ini Israel akan terlibat. Jika Israel terlibat, Iran akan terlibat dan mungkin Israel akan melancarkan serangan udara terhadap Iran,”kata Mustafa Labbad.
Kekhawatiran Israel atas Iran berakar terutama dari program nuklir Teheran, bukan perang di Suriah. Tetapi Profesor Donath mengatakan serangan Amerika bisa memberikan perlindungan pada Israel.
Analis politik Labbad menunjuk pada diplomasi di balik layar antara Iran dan Amerika melalui Sultan Oman, untuk meyakinkan Iran bahwa setiap serangan tidak bertujuan untuk menggulingkan Assad.
“Jika kita perhatikan, kita bisa melihat kesepakatan antara Arab Saudi dan Amerika untuk melakukan sesuatu terhadap Bashar al-Assad. Jauh di dalam kita akan melihat perjanjian Amerika-Iran tentang tiadanya niat Amerika untuk menggulingkan Bashar al Assad,” papar Labbad.
Labbad berpendapat bahwa meskipun terjadi ketidakpastian, kekuatan-kekuatan regional mengkalkulasi tanggapan masing-masing, untuk sementara, mengenai serangan udara terbatas Amerika. Jika tidak, katanya, semua taruhan dibatalkan dan kemungkinan terjadinya kekacauan regional semakin besar.