Daerah 'Lower-Manhattan' di kota New York telah sejak lama menjadi tempat pemukiman keluarga imigran, tetapi kini banyak yang meninggalkan tempat itu karena membubung tingginya harga perumahan, seiring masuknya mahasiswa dan profesional kulit putih.
Selama puluhan tahun, daerah di Manhattan itu telah menjadi perhentian pertama perjalanan banyak imigran yang datang untuk menetap di Amerika.
Tetapi seiring berjalannya waktu, meluas pula arus urbanisasi dan sejumlah kawasan pemukiman dengan harga terjangkau – yang secara tradisional menjadi rumpun tempat tinggal kaum imigran – kini menyerah pada logika ekonomi gentrifikasi. Chinatown tampaknya menuju ke arah serupa.
Peter Kwong – pakar Studi Amerika Asia dan Rencana Perkotaan di Hunter College mengatakan, “Logikanya adalah para pengembang benar-benar ingin mengubah lingkungan ini menjadi gedung-gedung tinggi dimana banyak bisnis, lalu lintas, dan pemukiman mahal. Satu hal logis lain di kota besar adalah mereka telah sejak lama melakukan ini di New York City – khususnya Manhattan. Chinatown adalah daerah terakhir yang belum terusik”.
Sebuah laporan yang dikeluarkan awal tahun ini oleh Asian-American Legal Defense and Education Fund yang berbasis di New York merinci fitur-fitur gentrifikasi di Chinatown, yaitu peningkatan jumlah hotel dan perumahan mewah, naiknya harga properti dan berkurangnya jumlah restoran dan bisnis Asia.
Sun Meirong telah tinggal di Chinatown sejak ia pertama kali datang ke Amerika dari kota asalnya Fuzhou pada tahun 1990. Restoran miliknya umumnya melayani para imigran asal China.
Ia mengatakan, “Pada masa lalu, ketika libur Thanksgiving atau Hari Bersyukur misalnya, begitu banyak orang lalu-lalang di jalanan, sehingga anda tidak bisa berjalan-jalan. Tetapi dalam tiga tahun terakhir ini tidak seorang pun berada di jalan. Ini perubahan yang kami lihat di Chinatown. Kami merasakan penurunan bisnis cukup besar”.
Sun Meirong mengatakan gentrifikasi di lingkungan berarti warga China kini terusir dari rumah mereka sendiri.
Tingginya harga perumahan di New York telah menjadi isu politik yang diperdebatkan dengan sengit dan beberapa kelompok akar rumput di Chinatown mengatakan trend itu dipercepat pada masa jabatan Michael Bloomberg sebagai walikota New York selama delapan tahun ini.
(Rebeca Valli/VOA).
Selama puluhan tahun, daerah di Manhattan itu telah menjadi perhentian pertama perjalanan banyak imigran yang datang untuk menetap di Amerika.
Tetapi seiring berjalannya waktu, meluas pula arus urbanisasi dan sejumlah kawasan pemukiman dengan harga terjangkau – yang secara tradisional menjadi rumpun tempat tinggal kaum imigran – kini menyerah pada logika ekonomi gentrifikasi. Chinatown tampaknya menuju ke arah serupa.
Peter Kwong – pakar Studi Amerika Asia dan Rencana Perkotaan di Hunter College mengatakan, “Logikanya adalah para pengembang benar-benar ingin mengubah lingkungan ini menjadi gedung-gedung tinggi dimana banyak bisnis, lalu lintas, dan pemukiman mahal. Satu hal logis lain di kota besar adalah mereka telah sejak lama melakukan ini di New York City – khususnya Manhattan. Chinatown adalah daerah terakhir yang belum terusik”.
Sebuah laporan yang dikeluarkan awal tahun ini oleh Asian-American Legal Defense and Education Fund yang berbasis di New York merinci fitur-fitur gentrifikasi di Chinatown, yaitu peningkatan jumlah hotel dan perumahan mewah, naiknya harga properti dan berkurangnya jumlah restoran dan bisnis Asia.
Sun Meirong telah tinggal di Chinatown sejak ia pertama kali datang ke Amerika dari kota asalnya Fuzhou pada tahun 1990. Restoran miliknya umumnya melayani para imigran asal China.
Ia mengatakan, “Pada masa lalu, ketika libur Thanksgiving atau Hari Bersyukur misalnya, begitu banyak orang lalu-lalang di jalanan, sehingga anda tidak bisa berjalan-jalan. Tetapi dalam tiga tahun terakhir ini tidak seorang pun berada di jalan. Ini perubahan yang kami lihat di Chinatown. Kami merasakan penurunan bisnis cukup besar”.
Sun Meirong mengatakan gentrifikasi di lingkungan berarti warga China kini terusir dari rumah mereka sendiri.
Tingginya harga perumahan di New York telah menjadi isu politik yang diperdebatkan dengan sengit dan beberapa kelompok akar rumput di Chinatown mengatakan trend itu dipercepat pada masa jabatan Michael Bloomberg sebagai walikota New York selama delapan tahun ini.
(Rebeca Valli/VOA).