Tautan-tautan Akses

Kepala Urusan HAM PBB: Warga Korea Utara Hidup Tanpa Harapan


Sejumlah warga berjalan di dekat area Arch of Triumph idi Pyongyang, Korea Utara, pada 25 Maret 2024. (Foto: AFP/Kim Won Jin)
Sejumlah warga berjalan di dekat area Arch of Triumph idi Pyongyang, Korea Utara, pada 25 Maret 2024. (Foto: AFP/Kim Won Jin)

Komisioner Tinggi PBB untuk urusan HAM, pada Rabu (12/6), menyampaikan penilaian suram atas situasi yang terjadi di Korea Utara, satu dekade setelah sebuah laporan yang membeberkan kekejaman parah dan luas berlangsung di negara itu.

“Hari ini Republik Rakyat Demokratik Korea atau DPRK adalah sebuah negara yang terisolasi dari dunia,” kata Volker Turk dalam pengarahan khusus di Dewan Keamanan PBB. Pengarahan tersebut sendiri tidak dihadiri oleh duta besar Korea Utara. “Sebuah lingkungan menyesakkan dan klaustrofobik, di mana kehidupan menjadi perjuangan yang harus dijalani setiap hari tanpa ada harapan perbaikan.”

Turk mengungkapkan kekhawatiran akan kendali ketat yang diberlakukan rezim di Korea Utara terhadap pergerakan warganya, termasuk kemampuan untuk meninggalkan negara itu. Kebanyakan warga Korea Utara tidak memperoleh izin pemerintah untuk pergi, dan mereka yang berusaha melarikan diri menghadapi penyiksaan, dijebloskan ke kamp kerja paksa atau menghadapi kematian jika gagal.

“Meninggalkan negara Anda sendiri bukanlah kejahatan, sebaliknya itu adalah hak asasi dan diakui oleh hukum internasional,” kata Turk lewat video dari kantornya di Jenewa.

Dia mengatakan pembungkaman kebebasan berbicara semakin memburuk dengan penegakan undang-undang yang melarang orang-orang membaca media atau mengonsumsi budaya asing, seperti drama televisi asal Korea Selatan atau musik K-pop.

“Pada dasarnya, rakyat DPRK berisiko dihukum mati jika berani menonton atau berbagi soal serial televisi asing,” kata kepala HAM PBB itu.

Ia mendorong Pyongyang untuk menunda penggunaan hukuman mati dalam sistem hukumnya dan bergerak menuju penghapusan keseluruhan hukuman tersebut.

Kondisi soal keamanan pangan di Korea Utara ternyata jauh lebih menyedihkan.

“Setiap orang yang diwawancara oleh kantor saya menyebutkan soal [keamanan pangan ini] dalam satu atau lain hal,” ujar Türk. “Mengambil contoh apa yang dikatan seorang warga: “Sangat mudah untuk menjadi rentan dan kekurangan gizi karena tidak ada bahan makanan apa pun untuk dimakan.” [jm/ka/rs]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG