Peringatan Natal 2014 dimaknai dengan kehadiran keluarga sebagai dasar penerimaan perbedaan. Tokoh umat Katolik Romo Beni Susetyo kepada VOA Rabu (24/12) menjelaskan, perbedaan yang ada di Indonesia dimaknai sebagai sesuatu yang indah dan menjadi pusat kekuatan untuk menyatukan bangsa ini.
"Pesannya adalah Allah hadir berserta keluarga. Maka, keluarga menjadi dasar utama kita menerima perbedaan itu. Maka kalau keluarga-keluarga di bangsa ini sudah biasa hidup dalam perbedaan. Dan perbedaan itu dilihat sebagai sesuatu yang indah, saling memberi dan menerima, maka perbedaan ini menjadi suatu kekuatan yang menyatukan bangsa ini tidak hidup terkotak-kotak. Oleh karena itu, natal hadir dalam ruang keluarga bangsa ini," kata Beni Susetyo.
Romo Beni menambahkan publik hari ini diperlihatkan dengan dinamika politik yang saling serang pasca pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. Hal inilah menurut romo Beni yang mesti dirubah melalui peran keluarga. Perubahan yang berangkat dari kebersamaan untuk membangun bangsa yang lebih baik kedepan.
"Maka pesan kami yaitu bagaimana kita membangun kebersamaan itu kembali dengan tidak lagi kita hidup dalam sekat-sekat itu. Yang penting adalah, kita harus membangun bangsa ini. Dengan melupakan masa lalu dengan menerima sesuatu itu dengan fair," tambahnya.
Sementara itu, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua, Pendeta Socratez Sofyan Yoman berharap Natal 2014 menjadi momen untuk menghentikan kekerasan dan ketidakadilan di tanah Papua.
Pendeta Socratez juga berharap, Presiden Joko Widodo mau mendengar apa yang menjadi harapan dari rakyat Papua.
"Beliau harus dengar rakyat. Dia harus dengan rakyat Papua mau apa. Dialog harus diadakan. Dialog yang setara. Dialog yang bermartabat dan damai antara pemerintah Indonesia dan rakyat Papua. Dan dari situ bisa kita liat dan cari solusi yang bermartabat dan manusiawi. Opsi-opsi yang elegan dan tidak mengorbankan rakyat Papua," kata Pendeta Socratez.
Pendeta Socratez juga menaruh harapan pada Presiden Jokowi mampu menyelesaikan masalah Papua. "Ya kami harap pemerintahan Jokowi tunduk dan laksanakan UUD 45 yang menjamin kebebasan beragama. Kemudian nilai-nilai Pancasila dilaksanakan secara konsekwen. Saya lihat secara personal (Jokowi), ..‘He is a good person’ . Dia punya hati baik, punya pikiran maju dan sangat humanis. Dan dia memikirkan kesetaraan," lanjutnya.
Operasi Lilin 2014, Siap Amankan Natal dan Tahun Baru
Sementara itu, kepolisian Republik Indonesia bekerjasama dengan Tentara Nasional Indonesia memastikan siap mengamankan jalannya pelaksanaan ibadah dan perayaan natal di seluruh tanah air, termasuk malam pergantian tahun 2014 ke 2015.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Sutarman memastikan, pengamanan dilakukan bukan hanya di lingkungan gereja, tetapi juga di tempat wisata dan rawan longsor serta kecelakaan.
"Pengamanan meliputi baik kegiatan yang ada di dalam gereja itu sendiri, kemudian kegiatan-kegiatan tempat-tempat hiburan, tempat-tempat wisata dan daerah rawan longsor rawan kecelakaan, sudah kita petakan. Seluruhnya sudah kita lakukan antisipasi dengan baik. Sehingga diharapkan perayaan natal dan tahun baru bisa dirasakan dengan aman nyaman dan tertib," jelas Jenderal Sutarman.
Pengamanan Natal 2014 dan Tahun Baru 2015 bersandikan "Operasi Lilin 2014. Sebanyak 80 ribu lebih personil polisi dilibatkan ditambah dengan perbantuan keamanan dari TNI sekitar 65 ribu lebih personil dan Pemda yang juga turut membantu pengamanan dalam rangkaian Operasi Lilin 2014 ini.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo akan menghadiri puncak perayaan Hari Natal di Papua pada 27 Desember 2014. Pengamanan untuk orang nomor satu di Indonesia itu pun telah disiapkan.