Delapan puluh tahun silam, tepatnya 17 Januari 1942, Cassius Clay lahir di Louisville, Kentucky. Setelah menjadi Muslim, namanya menjadi Muhammad Ali. Ia kemudian menjadi salah satu tokoh olah raga paling penting pada abad ke-20.
Ia meraih medali emas tinju pada Olimpiade Roma tahun 1960. Ia kemudian tiga kali menjadi juara tinju kelas berat dunia. Sabuk juaranya yang pertama ia raih setelah mengalahkan Sonny Liston pada tahun 1964.
Sebelum hari ulang tahunnya yang ke-80, Senin 17 Januari, sahabatnya, John Ramsey, dan putrinya, Hana Ali, mengenang kehidupan dan warisan sang legenda tinju itu.
Ramsey menggambarkan Ali sebagai ikon dunia yang bukan hanya unggul dalam olah raga yang ditekuninya. Ali menggunakan ketenarannya untuk mendorong usaha amal dan perdamaian. Ia mengatakan, "Jika saya harus menyebutkan warisannya, saya pikir ini lebih mengenai keadilan sosial, tentang keinklusifan, upaya mempersatukan orang-orang. Dan ini jarang sekali, bahkan di kalangan pemimpin dunia. Muhammad, ia bukan hanya bicara, ia menjalaninya setiap hari. Jika saya harus mengatakannya, Muhammad adalah apa yang diinginkan oleh semua orang.”
Ramsey mengenang sahabatnya itu sebagai sosok yang amat memahami orang lain, yang benar-benar tertarik pada setiap orang yang ia temui.
Ramsey menambahkan, "Ia ingin keluar bertemu orang-orang, dan ia sangat menikmatinya. Ia memiliki karunia itu. Ia menyukainya, ia senang menggunakan karunia itu, di bandara, di restoran. Ia menyukai bagaimana orang-orang heboh di sekitarnya dan ia membuat mereka gembira.”
Ramsey mengemukakan ada orang-orang yang datang kepadanya dan mengatakan mereka bertemu Muhammad Ali. Bagi mereka, itulah hari terbaik seumur hidup mereka, jelas Ramsey.
Ia mengemukakan Muhammad Ali bertemu mereka tidak sekadar untuk memberikan tanda tangan. Muhammad Ali ingin lebih mengenal lebih dekat orang-orang itu, jelasnya.
Ali meninggal dunia tahun 2016 dan dimakamkan di Louisville, Kentucky. Pemakamannya menarik kehadiran para pesohor, legenda olah raga dan bahkan pemimpin dunia ke kampung halamannya.
Anak perempuannya, Hana Ali, mengatakan, ayahnya harus dikenang atas caranya memperlakukan orang-orang biasa. "Saya pikir itulah yang paling dikenang lebih dari apapun juga bagi orang yang mengkajinya, yang mencintainya, mengagumi dan mengenalnya,” jelasnya.
Hana menambahkan, ayahnya adalah sosok yang nyata, tidak seperti kebanyakan legenda atau pahlawan yang sukar dijangkau. Katanya lagi, “Anda benar-benar dapat berjalan dan menyentuhnya, menggenggam dan memeluknya. Anda mungkin melihat foto dia memeluk orang-orang yang Anda kira adalah keluarganya. Tetapi mereka adalah orang-orang asing di jalanan. Ia benar-benar mengasihi orang-orang, ia memerlukan mereka seperti ia memerlukan udara untuk bernapas. Mereka adalah bagian dari warisannya, mereka adalah bagian dari apa yang membuatnya hebat.”
Tak ada sesuatu pun yang berarti baginya jika ia tidak dapat berinteraksi dengan orang awam dengan cara yang ia sukai, jelas Hana Ali.
Hana menjelaskan ia lebih banyak belajar dengan cara melihat contoh daripada mendengarkan apa yang dikatakan dan diajarkan orang tua. Sang ayah selalu memberi teladan dan memberi keluarganya contoh kedermawanan dan kebaikan.
"Kami melihat ia bereaksi pada orang biasa dengan cara bagaimana dunia bereaksi terhadapnya. Ia akan menghadapi tukang pos dan juru masak dengan cara para pesohor, aktor dan politisi menghadapi ayah saya.”
Muhammad Ali Center di Louisville telah menggelar pameran mengenai sang juara sejak tempat itu dibuka pada tahun 2005.
Pusat itu merayakan hari kelahiran Muhammad Ali pada Senin 17 Januari ini dengan berbagai acara khusus seperti gerakan donor darah massal dan pemutaran pidato "I Have a Dream" yang disampaikan Martin Luther King Jr.
Ramsey mengatakan Muhammad Ali benar-benar unik, baik dalam olah raga yang ditekuninya maupun karakternya. "Juara dunia kelas berat tiga kali dan ini merupakan kombinasi dari besarnya sang petinju, kelincahan, kecepatannya. Kita tidak akan pernah melihat ini lagi. Kita tidak akan pernah melihat seorang petinju kelas berat bisa selincah petinju kelas ringan. Cara bergeraknya, ia membuatnya tampak seperti menari balet pada olah raga yang sangat keras. Kita punya sosok indah itu di olah raga yang keras ini,” komentarnya.
“Who is the greatest?” Siapa yang paling hebat, menjadi slogan global, dan semua orang tahu jawabannya. [uh/ab]