Tautan-tautan Akses

Kerangka Robotik Bisa Bantu Pasien Lumpuh Berjalan Kembali


Patrick Wensing menguji coba Ekso Bionics exoskeleton di laboratorium Universitas Notre Dame.
Patrick Wensing menguji coba Ekso Bionics exoskeleton di laboratorium Universitas Notre Dame.

Setiap tahun, lebih dari 15 juta orang di seluruh dunia mengalami cedera dan penyakit yang membuat mereka tidak bisa berjalan, menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO). Tapi kemajuan teknologi baru dan terapi fisik bisa membantu sebagian dari mereka berjalan kembali.

Salah satu yang paling menjanjikan adalah penggunaan kerangka tubuh robotik. Para ilmuwan di Universitas Notre Dame mengembangkan kerangka robotik yang bisa dikenakan yang memungkinkan para pasien mendapatkan kembali sebagian atau seluruh mobilitasnya.

Lindsey Stoefen, 17 tahun, senang bermain tenis, softball, dan lari – sampai Oktober lalu ketika penyakit langka melumpuhkan kedua kakinya dan membuatnya harus memakai kursi roda. Tapi akhir April, setelah diopname di Rumah Sakit Rehabilitasi Marianjoy di Chicago, remaja itu mengenakan kerangka tubuh robotik atau exoskeleton yang dirancang khusus, untuk menopang tubuhnya dan menggerakkan kedua kakinya.

“Awalnya saya kaget, ‘saya akan menjadi robot!’ Saya merasa cemas dan bertanya-tanya, ‘apakah saya akan menyukainya?’ Tapi setelah itu saya menyukainya,” ungkap Lindsey.

Exoskeleton itu terlihat seperti ransel yang menempel ke punggung pengguna dan sekitar tubuh bagian tengah. Di kedua sisinya terdapat panel yang memanjang ke bagian bawah dan menyambung ke kaki-kaki robotik yang membungkus kaki pasien. Di bagian tangan pengguna terdapat alat pengendali yang tersambung dengan kabel panjang. Lindsey menggunakan sistem itu sejam setiap hari.

Lauren Bularzik, petugas terapi fisik yang menangani Lindsey mengatakan robot “Exo” itu membantu mempercepat proses rehabilitasi.

“Bagi seseorang yang memakan banyak energi untuk hanya berjalan beberapa meter, exo bisa membantu mereka berdiri, bergerak, mendapat pola timbal balik, dan mendorong perencanaan motorik yang benar,” ujar Lauren.

Selain mempercepat waktu pemulihan, kerangka robotik itu juga sangat berguna bagi para penderita kelumpuhan akibat cedera tulang belakang dan stroke. Penggunaan mesin itu bisa membantu sebagian pasien menggunakan otot sekunder, supaya mereka akhirnya bisa berjalan kaki lagi – tanpa perangkat itu.

Tapi Patrick Wensing, asisten profesor pada Universitas Notre Dame mengatakan exoskeletons punya satu kekurangan besar.

“Meskipun exoskeletons sangat luar biasa, tapi perangkat itu tidak tahu apa keinginan pengguna. Jadi untuk transisi antar aktivitas dalam keseharian, seringkali pengguna harus memencet tombol untuk memberitahu exoskeleton ‘saya mau berdiri sekarang.’,” tukasnya.

Wensing dan timnya sedang berkolaborasi dengan Ekso Bionics, pengembang robot yang dikenakan, untuk menciptakan sebuah mesin yang bisa memahami keinginan pengguna tanpa sensor-sensor implant dan panel pengendali yang rumit. [vm/ds]

XS
SM
MD
LG