China, Sabtu (12/10), mengatakan akan "menambah secara signifikan" penerbitan surat utang pemerintah untuk memberikan subsidi kepada masyarakat berpendapatan rendah, mendukung pasar properti, dan mengisi kembali modal bank-bank negara. Langkah ini diambil untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Menteri Keuangan Lan Foan menyatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa pemerintah pusat memiliki ruang yang cukup untuk menerbitkan lebih banyak utang. Ia juga menambahkan bahwa akan ada lebih banyak "tindakan kontra-siklus" tahun ini. Foan tidak menyebutkan berapa utang yang akan digalang Beijing.
Langkah-langkah stimulus fiskal di China telah menjadi bahan spekulasi yang intens di pasar keuangan global setelah pertemuan para pemimpin tertinggi Partai Komunis, Politbiro, pada September. Pertemuan itu menunjukkan kegentingan terkait meningkatnya masalah ekonomi China.
Bursa saham China mencapai titik tertinggi dalam dua tahun, melonjak 25 persen dalam beberapa hari sejak pertemuan itu, sebelum kembali melemah karena kegelisahan muncul mengingat tidak adanya perincian lebih lanjut tentang rencana pengeluaran tambahan pemerintah.
Reuters melaporkan bulan lalu bahwa China berencana menerbitkan obligasi pemerintah khusus senilai sekitar 2 triliun yuan ($284,43 miliar atau sekitar Rp4,4 triliun) pada tahun ini sebagai bagian dari stimulus fiskal baru.
Setengah dari dana tersebut akan digunakan untuk membantu pemerintah daerah mengatasi masalah utang, sementara setengah lainnya akan digunakan untuk subsidi pembelian peralatan rumah tangga dan barang-barang lainnya. Selain itu, dana ini juga akan digunakan untuk memberikan subsidi langsung bulanan sekitar 800 yuan, atau $114 (Rp1,7 juta), per anak untuk semua rumah tangga yang memiliki dua anak atau lebih.
Secara terpisah, Bloomberg News melaporkan bahwa China juga mempertimbangkan untuk menyuntikkan modal hingga 1 triliun yuan ke bank-bank negara raksasanya untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam mendukung perekonomian, terutama dengan menerbitkan obligasi pemerintah baru.
Penerbitan utang tambahan di China biasanya tunduk pada persetujuan resmi oleh parlemennya yang hanya menyetujui.
Bank sentral China, pada akhir September, mengumumkan langkah-langkah dukungan moneter paling agresif untuk perekonomian sejak pandemi COVID-19. Langkah ini mencakup berbagai inisiatif untuk membantu sektor properti yang terjebak dalam kemerosotan parah selama beberapa tahun, termasuk pemotongan suku bunga hipotek.
Namun, meskipun langkah-langkah tersebut telah meningkatkan harga saham China, banyak analis berpendapat bahwa Beijing juga perlu secara tegas mengatasi masalah struktural yang lebih mendasar. Hal ini mencakup peningkatan konsumsi dan mengurangi ketergantungan yang berlebihan pada investasi infrastruktur yang didorong oleh utang. [ah/ft]
Forum