Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengingatkan bahwa ancaman perubahan iklim tidak bisa lagi dipandang remeh. Berbicara selama 30 menit di hadapan para tokoh masyarakat, mahasiswa, dan wartawan di Pusat Kebudayaan Amerika, @america, di Jakarta, Minggu (16/2), Kerry mengatakan Amerika Serikat terus mendorong semua negara, termasuk Indonesia, untuk mengantisipasi ancaman itu.
"Kalau kita ingin mencegah konsekuensi yang paling parah, kita tentunya tidak punya waktu lagi untuk melakukan perdebatan siapa yang paling bertanggung jawab. Jawabannya sederhana .. ini tanggung jawab kita semua. Pada akhirnya semua negara di dunia mempunyai tanggung jawab untuk mengambil bagian. Kalau kita punya harapan untuk meninggalkan ke generasi berikutnya, yaitu Bumi yang sehat dan aman," ujarnya.
Kerry memberi beberapa contoh dampak perubahan iklim di beberapa negara, diantaranya adalah penderitaan akibat terjangan badai yang menghancurkan daerah Tacloban, Filipina, pada 2013. Dengan mengutip pepatah berbahasa Indonesia, Kerry menunjukkan perubahan iklim lebih dari sekedar masalah lingkungan.
"Anda punya pepatah di Indonesia ‘Luka di kaki, sakit seluruh badan’. Hari ini dalam dunia yang penuh keterkaitan ini, kenyataan menunjukan bahwa penderitaan dimanapun dirasakan dimana-mana. Kita melihat kita merasakannya, badai yang dahsyat yang menghancurkan sebuah desa atau satu wilayah di Asia. Kemudian tanaman tidak tumbuh subur dan tidak memberi keuntungan bagi petani di Amerika Selatan. Lalu ada masyarakat di sebuah negara, terpaksa diungsikan karena kenaikan air laut," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Kerry juga memaparkan usaha-usaha yang telah dilakukan Amerika Serikat untuk mengurangi emisi dalam lima tahun terakhir yang menurut klaimnya sudah lebih nyata dibanding 20 tahun yang lalu.
"Saya mengakui (ada) tanggung jawab Amerika Serikat karena kami adalah negara dengan emisi kedua di dunia dan nomor satu adalah China. Dan kenyataannya kami menerima tanggung jawab untuk mengubah kebiasaan yang salah, yang selama ini kami gunakan. Presiden Obama telah berkomitmen bahwa Amerika akan mengurangi emisi gas rumah kaca sebelum 2020," ujarnya.
Kerry juga menjelaskan hasil kunjungannya ke China sebelum ia tiba di Indonesia. Amerika dan China, menurutnya, sepakat untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan polusi udara yang disebabkan penggunaan bahan bakar fosil. Amerika dan China, lanjutnya, juga sepakat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendorong penggunaan energi yang efisien dalam industri dan bangunan.
Usai berbicara di @america, Kerry menemui Sekretaris Jenderal ASEAN Le Luo Minh di kantor Sekretariat ASEAN di Jakarta Selatan. Luo Minh mengatakan, kunjungan Kerry bertujuan untuk mempertegas pentingnya hubungan yang terjalin antara Amerika Serikat dan negara-negara yang tergabung dalam ASEAN.
Sebelumnya pada Minggu pagi, Kerry, didampingi Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O. Blake, berkunjung ke Masjid Istiqlal. Ia berkeliling kompleks masjid, dipandu oleh Imam Besar Istiqlal, Ali Mustafa Ya'kub, menyapa dan berbincang dengan beberapa ibu-ibu yang sedang mengaji.
Agenda utama kunjungan John Kerry ke Indonesia adalah untuk mengikuti Sidang Komisi Bersama ke-4 dengan Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa pada Senin (17/2) di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta.
"Kalau kita ingin mencegah konsekuensi yang paling parah, kita tentunya tidak punya waktu lagi untuk melakukan perdebatan siapa yang paling bertanggung jawab. Jawabannya sederhana .. ini tanggung jawab kita semua. Pada akhirnya semua negara di dunia mempunyai tanggung jawab untuk mengambil bagian. Kalau kita punya harapan untuk meninggalkan ke generasi berikutnya, yaitu Bumi yang sehat dan aman," ujarnya.
Kerry memberi beberapa contoh dampak perubahan iklim di beberapa negara, diantaranya adalah penderitaan akibat terjangan badai yang menghancurkan daerah Tacloban, Filipina, pada 2013. Dengan mengutip pepatah berbahasa Indonesia, Kerry menunjukkan perubahan iklim lebih dari sekedar masalah lingkungan.
"Anda punya pepatah di Indonesia ‘Luka di kaki, sakit seluruh badan’. Hari ini dalam dunia yang penuh keterkaitan ini, kenyataan menunjukan bahwa penderitaan dimanapun dirasakan dimana-mana. Kita melihat kita merasakannya, badai yang dahsyat yang menghancurkan sebuah desa atau satu wilayah di Asia. Kemudian tanaman tidak tumbuh subur dan tidak memberi keuntungan bagi petani di Amerika Selatan. Lalu ada masyarakat di sebuah negara, terpaksa diungsikan karena kenaikan air laut," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Kerry juga memaparkan usaha-usaha yang telah dilakukan Amerika Serikat untuk mengurangi emisi dalam lima tahun terakhir yang menurut klaimnya sudah lebih nyata dibanding 20 tahun yang lalu.
"Saya mengakui (ada) tanggung jawab Amerika Serikat karena kami adalah negara dengan emisi kedua di dunia dan nomor satu adalah China. Dan kenyataannya kami menerima tanggung jawab untuk mengubah kebiasaan yang salah, yang selama ini kami gunakan. Presiden Obama telah berkomitmen bahwa Amerika akan mengurangi emisi gas rumah kaca sebelum 2020," ujarnya.
Kerry juga menjelaskan hasil kunjungannya ke China sebelum ia tiba di Indonesia. Amerika dan China, menurutnya, sepakat untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan polusi udara yang disebabkan penggunaan bahan bakar fosil. Amerika dan China, lanjutnya, juga sepakat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendorong penggunaan energi yang efisien dalam industri dan bangunan.
Usai berbicara di @america, Kerry menemui Sekretaris Jenderal ASEAN Le Luo Minh di kantor Sekretariat ASEAN di Jakarta Selatan. Luo Minh mengatakan, kunjungan Kerry bertujuan untuk mempertegas pentingnya hubungan yang terjalin antara Amerika Serikat dan negara-negara yang tergabung dalam ASEAN.
Sebelumnya pada Minggu pagi, Kerry, didampingi Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O. Blake, berkunjung ke Masjid Istiqlal. Ia berkeliling kompleks masjid, dipandu oleh Imam Besar Istiqlal, Ali Mustafa Ya'kub, menyapa dan berbincang dengan beberapa ibu-ibu yang sedang mengaji.
Agenda utama kunjungan John Kerry ke Indonesia adalah untuk mengikuti Sidang Komisi Bersama ke-4 dengan Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa pada Senin (17/2) di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta.