NEW DELHI —
Laki-laki, teman perempuan India yang meninggal dunia pekan lalu akibat luka-luka pasca-serangan dan perkosaan massal, hari Jum’at mengatakan kepada kantor berita Perancis dan saluran televisi India Zee TV bahwa baru 25 menit kemudian ada orang yang berhenti dan menolong dirinya dan pacarnya setelah mereka dilempar ke jalan dari atas bis dalam keadaan telanjang dan berdarah.
Laki-laki yang identitasnya ditutupi demi alasan hukum itu juga mengatakan ketika akhirnya polisi tiba, mereka menghabiskan waktu untuk berdebat di bawah jurisdiksi siapa kejahatan ini terjadi dan kemudian tidak membawa kedua pasangan ini ke rumah sakit terdekat.
Vivel Gia, Komisaris Bersama Polisi New Delhi, hari Sabtu membela kecepatan reaksi polisi itu dengan mengatakan kepada para wartawan bahwa polisi hanya membutuhkan kurang dari 30 menit untuk membawa pasangan itu ke rumah sakit setelah panggilan darurat.
Ravi Shanka, Wakil Ketua Partai Bharatiya Janata yang beroposisi, hari Sabtu mengutuk polisi karena dugaan penundaan merawat korban itu.
Pihak berwenang India telah mendakwa lima laki-laki atas tuduhan pembunuhan, perkosaan, penculikan dan lain-lain dalam serangan tanggal 16 Desember itu. Para pejabat mengatakan mereka akan mendesak dijatuhkannya hukuman mati jika kelima laki-laki itu bersalah. Terdakwa keenam yang berusia di bawah 18 tahun akan diadili secara terpisah di pengadilan anak-anak.
Kedua korban dipukuli dengan batang besi dalam bis. Sang perempuan diperkosa dan sebatang besi digunakan dalam aksi perkosaan tersebut.
Perempuan yang tidak diidentifikasi itu meninggal dunia di Singapura dimana ia diterbangkan untuk dirawat. Ayahnya telah mendesak seruan untuk menggantung keenam laki-laki pelaku kejahatan itu jika terbukti bersalah.
Wawancara Zee TV merupakan untuk pertama kalinya laki-laki, teman korban perkosaan yang tidak disebutkan namanya itu, berbicara secara terbuka tentang serangan 16 Desember lalu.
Polisi India hari Sabtu juga mengatakan mereka telah mengajukan gugatan hukum atas Zee TV karena wawancara itu akan menunjukkan identitas korban dan melanggar undang-undang yang menetapkan untuk tidak menyebutkan nama korban perkosaan.
Komite Perlindungan Wartawan telah mendesak para pejabat India agar menahan diri dan tidak mengajukan gugatan terhadap Zee TV. Bob Dietz, Koordinator Program Komite Perlindungan Wartawan Wilayah Asia, mengatakan “pihak berwenang tidak melindungi hak-hak korban dengan menuntut media yang mengungkap rincian tentang kejahatan yang mengerikan itu.”
India telah membentuk apa yang disebut pengadilan “jalur-cepat” untuk mengadili para laki-laki yang dituduh melakukan kejahatan perkosaan. Pengadilan “jalur-cepat” adalah satu dari lima pengadilan yang dibentuk di New Delhi – kota yang oleh sebagian orang dijuluki sebagai “the rape capital” atau “ibukota perkosaan” India. Pengadilan ini akan mengadili kasus-kasus serangan seksual dan kejahatan lain terhadap perempuan sebagai upaya untuk memotong sistem pengadilan biasa yang kewalahan di mana keputusan pengadilan seringkali memakan waktu bertahun-tahun.
Laki-laki yang identitasnya ditutupi demi alasan hukum itu juga mengatakan ketika akhirnya polisi tiba, mereka menghabiskan waktu untuk berdebat di bawah jurisdiksi siapa kejahatan ini terjadi dan kemudian tidak membawa kedua pasangan ini ke rumah sakit terdekat.
Vivel Gia, Komisaris Bersama Polisi New Delhi, hari Sabtu membela kecepatan reaksi polisi itu dengan mengatakan kepada para wartawan bahwa polisi hanya membutuhkan kurang dari 30 menit untuk membawa pasangan itu ke rumah sakit setelah panggilan darurat.
Ravi Shanka, Wakil Ketua Partai Bharatiya Janata yang beroposisi, hari Sabtu mengutuk polisi karena dugaan penundaan merawat korban itu.
Pihak berwenang India telah mendakwa lima laki-laki atas tuduhan pembunuhan, perkosaan, penculikan dan lain-lain dalam serangan tanggal 16 Desember itu. Para pejabat mengatakan mereka akan mendesak dijatuhkannya hukuman mati jika kelima laki-laki itu bersalah. Terdakwa keenam yang berusia di bawah 18 tahun akan diadili secara terpisah di pengadilan anak-anak.
Kedua korban dipukuli dengan batang besi dalam bis. Sang perempuan diperkosa dan sebatang besi digunakan dalam aksi perkosaan tersebut.
Perempuan yang tidak diidentifikasi itu meninggal dunia di Singapura dimana ia diterbangkan untuk dirawat. Ayahnya telah mendesak seruan untuk menggantung keenam laki-laki pelaku kejahatan itu jika terbukti bersalah.
Wawancara Zee TV merupakan untuk pertama kalinya laki-laki, teman korban perkosaan yang tidak disebutkan namanya itu, berbicara secara terbuka tentang serangan 16 Desember lalu.
Polisi India hari Sabtu juga mengatakan mereka telah mengajukan gugatan hukum atas Zee TV karena wawancara itu akan menunjukkan identitas korban dan melanggar undang-undang yang menetapkan untuk tidak menyebutkan nama korban perkosaan.
Komite Perlindungan Wartawan telah mendesak para pejabat India agar menahan diri dan tidak mengajukan gugatan terhadap Zee TV. Bob Dietz, Koordinator Program Komite Perlindungan Wartawan Wilayah Asia, mengatakan “pihak berwenang tidak melindungi hak-hak korban dengan menuntut media yang mengungkap rincian tentang kejahatan yang mengerikan itu.”
India telah membentuk apa yang disebut pengadilan “jalur-cepat” untuk mengadili para laki-laki yang dituduh melakukan kejahatan perkosaan. Pengadilan “jalur-cepat” adalah satu dari lima pengadilan yang dibentuk di New Delhi – kota yang oleh sebagian orang dijuluki sebagai “the rape capital” atau “ibukota perkosaan” India. Pengadilan ini akan mengadili kasus-kasus serangan seksual dan kejahatan lain terhadap perempuan sebagai upaya untuk memotong sistem pengadilan biasa yang kewalahan di mana keputusan pengadilan seringkali memakan waktu bertahun-tahun.