Korea Utara mungkin satu-satunya negara yang mengklaim bebas COVID-19. Namun negara itu sekarang bahkan mengakui mengalami krisis terkait memburuknya pandemi.
Pekan lalu, Kim Jong-un samar-samar memperingatkan insiden misterius serius yang menunjukkan adanya lonjakan virus corona. Ia baru-baru ini juga mengaku kekurangan makanan, dan membandingkan situasi tersebut dengan kelaparan tahun 1990-an yang menghancurkan.
Robert Lauler dari kantor berita Daily NK, yang berbasis di Seoul memiliki nara sumber di Korea Utara. "Ada kekhawatiran bahwa akan ada semacam situasi "kelaparan bulan Maret".
“Kelaparan bulan Maret” itu mengacu pada periode kelaparan massal selama pemerintahan ayah Kim, mendiang Kim Jong Il, yang mungkin telah membunuh jutaan orang.
Mustahil untuk mengetahui seberapa buruk situasi kelaparan sekarang. Tidak ada tanda-tanda kelaparan massal. Tetapi Lauler mengatakan harga makanan dan barang-barang mewah tertentu dari China meroket di tengah penutupan wilayah terketat di dunia yang dilakukan Korea Utara.
Robert Lauler kembali mengatakan,“Orang-orang menderita karena penutupan perbatasan, panen yang buruk tahun lalu, pergerakannya dibatasi. Masyarakat khususnya di wilayah perbatasan dengan China tidak bisa melakukan kegiatan usahanya, baik resmi maupun tidak resmi.”
Terlepas dari krisis, Korea Utara tidak menunjukkan urgensi pada vaksin virus corona. VOA mendapati Pyongyang bahkan belum menyelesaikan semua dokumen untuk memperoleh vaksin COVAX, sebuah program berbagi vaksin yang didukung oleh PBB untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Selain itu belum jelas apakah Korea Utara memiliki vaksin dari tempat lain, hal yang membingungkan pengamat seperti Yang Moo-jin.
Yang mengatakan ia tidak tahu mengapa Korea Utara menolak vaksin, dan menambahkan Korea Utara tidak dikenal memiliki keengganan tertentu terhadap vaksin, seperti sebagian negara di Barat.
Kesulitan mendasar Korea Utara adalah ingin menjaga perbatasan tetap tertutup untuk melindungi dari virus tetapi harus membukanya untuk memperoleh vaksin.
Situasi ini mungkin tidak mengancam pemerintahan Kim tetapi jika berlangsung lebih lama akan semakin berisiko. [my/jm]